JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Menteri BUMN Tanri Abeng mengingatkan pemerintah agar dapat melaksanakan manajemen krisis yang efektif di dalam penanganan dan pengendalian Covid-19 di Tanah Air.
Hal itu terutama untuk menjaga kepercayaan investor dalam menanamkan modalnya di dalam negeri, sehingga roda perekonomian dapat berjalan dengan baik ke depannya.
"Ini penting sekali. Karena persepsi masyarakat khususnya pelaku ekonomi, bilamana penanganan daripada Covid-19 tidak efektif, maka akan pengaruhi secara psikologis intensi mereka terhadap investasi," kata Tanri dalam webinar yang diselenggarakan LP3ES, Rabu (6/5/2020).
Baca juga: Mantan Menteri BUMN Sebut Manajemen Krisis Penanganan Covid-19 Kurang Efektif
Menurut dia, saat ini sudah terjadi capital flight di pasar modal. Kondisi tersebut terlihat dari nilai kapitalisasi pasar modal Indonesia yang sudah turun dari sekitar Rp 7.000 triliun menjadi Rp 4.000 triliun.
"Itu berarti pemilik modal ini yang listing di stock exchange di Indonesia itu sudah kehilangan nilai 40 persen. Itu adalah sesuatu yang dahsyat dan fenomena ini tidak hanya di Indonesia tetapi juga seluruh dunia. Tapi kelihatan di Indonesia itu lebih tajam," ujarnya.
Secara organisasi, ia menambahkan, penanganan Covid-19 yang langsung dipimpin oleh Presiden Joko Widodo sudah benar.
Baca juga: Covid-19, New Normal, dan Krisis Properti (I)
Namun yang jadi persoalan adalah pelaksanaan di bawahnya yang menjadi tugas Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.
Menurut dia, perlu ada perbaikan di dalam struktur kepemimpinan Gugus Tugas tersebut, yaitu sebaiknya organisasi tersebut dipimpin oleh dua orang yaitu Kepala BNPB Doni Monardo dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.
Hal itu disebabkan masih tingginya jumlah pasien positif Covid-19 yang dirawat di rumah sakit. Hingga 5 Mei 2020, tercatat ada 12.071 orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 setelah bertambah 484 orang.
Baca juga: Bappenas: Kita Sedang Menghadapi Tantangan Terberat Setelah Krisis 1998
Sementara, akumulasi jumlah kasus pasien yang keluar dari rumah sakit baik karena sembuh setelah menjalani dua kali tes PCR maupun yang dinyatakan meninggal dunia mencapai 251 orang.
"Yang tidak jelas akuntabilitas yang menangani orang sakit ini. Sementara yang menangani peningkatan jumlah masyarakat yang sakit ini, itu menurut saya belum efektif," ujarnya.
"Karena tadi contohnya, masih banyak yang masuk dibandingkan yang keluar dari rumah sakit, baik yang meninggal atau sembuh. Alhamdulillah sekarang lebih banyak yang sembuh. Tapi tadi, the rate of mortality itu masih sangat tinggi," imbuh Tanri.
Baca juga: Mendikbud: Krisis Covid-19 Menyadarkan bahwa Belajar Bisa di Mana Saja
Ia menilai, dengan adanya dua orang yang memimpin organisasi tersebut, komunikasi yang berjalan juga akan lebih efisien.
Sehingga, setiap kebijakan yang diambil pun dapat lebih cepat.
"Kalau saya, pasti akan ubah strukturnya. Pimpinan tertinggi itu langsung komunikasi atau bekerja sama dengan Kepala BNPB dan Menkes. Dengan demikian organisasinya flat. Organisasi yang flat itu akan mengakibatkan pengambilan keputusan yang cepat, birokrasi di cut dalam kondisi krisis," tegasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.