Ngajib menuturkan, pendekatan agama dengan mempertemukan RES dengan ulama awalnya dilakukan dalam sebuah kelas besar.
Baca juga: Pemerintah Diminta Kaji Mendalam soal Pemulangan Anak-anak Teroris Lintas Batas
Setelah beberapa saat, RES baru dipertemukan langsung dengan ulama tersebut yang memberikan wawasan mengenai ajaran agama yang seharusnya.
Pendekatan selanjutnya adalah melalui hobi. RES menggeluti hobinya sambil didampingi orang yang berpengalaman.
Tahap terakhir adalah mempertemukan RES dengan mantan teroris yang telah menjalani masa hukumannya.
“Jadi kita masukkan (eks narapidana), untuk memberi pemahaman bahwa apa yang dilakukan itu, sama dulu pemahamannya, pemahaman yang salah,” tuturnya.
Baca juga: Ini Cara Cegah Anak Terpapar Radikalisasi Versi BNPT
Akhirnya, RES lepas dari paham tersebut setelah tujuh bulan menjalani program deradikalisasi.
Ngajib pun tak menampik bahwa pelaksanaan program deradikalisasi tidaklah mudah.
Meski sang anak tak memberi penolakan terhadap program tersebut karena awalnya dilakukan secara diam-diam, masih ada kesulitan lainnya.
“Sampai saya pun sudah dibilang tagut (atau menyembah selain Allah), tantangan ya itu, kita sudah dibilang tagut,” ujar dia.
Baca juga: KPAI: Perlu Upaya Komprehensif Cegah Anak Terpapar Radikalisme
Selain itu, ia juga menyinggung perihal kompleksitas penanganan orang yang terpapar ideologi radikal.
Maka dari itu, Ngajib membutuhkan kontribusi berbagai pihak saat menjalankan tugasnya. Salah satunya adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI) di daerah tersebut.
Kini, berdasarkan keterangan Ngajib, RES menjalani kehidupannya secara normal.
Kendati demikian, ia masih dipantau oleh Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) hingga sekarang.
Baca juga: Nadiem Bicara 3 Dosa di Sekolah: Radikalisme, Kekerasan Seksual, dan Bullying
Ngajib pun mengaku masih berhubungan langsung dengan RES.
Menurutnya, setelah menyelesaikan sekolah dari sebuah SMK di kawasan Jawa Barat, RES sedang memulai usahanya.
“Kita (pemantauan) jarak jauh, melalui telepon, jadi kita monitor. Sekarang kan sudah lulus dari SMK, sudah mulai merintis usaha, kita bimbing,” ucap Ngajib.
RES pun sepakat untuk menjadi salah satu narasumber atau ikut berpartisipasi dalam program deradikalisasi tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.