"Antibodi itu sifatnya sangat spesifik. Dia tidak akan berikatan dengan antigen-antigen lain. Dia hanya berikatan dengan antigen yang sama dengan yang membangkitkan dia," lanjut Amin.
Sehingga, nantinya obat antibodi itu akan mencari ke seluruh tubuh di mana virus corona berada.
"Mungkin virus yang sudah telanjur menempel di sel mungkin tak akan sempat dikenali. Tapi yang masih berkeliaran itu yang akan dikenali, kemudian diikat oleh antibodi itu. Dengan diikatnya virus tadi, diharapkan virus tidak menempel di individu lagi," ungkap Amin.
Dengan kata lain, kinerja antibodi bersifat memblokir virus corona di dalam tubuh individu yang tertular.
Poin kedua, lanjut Amin, antibodi ini berasal dari manusia.
Oleh karena itu, antibodi tersebut bisa membangkitkan respons imun pasien itu sendiri.
"Dengan adanya kompleks antigen, antibodi, artinya antibodi yang dalam plasma mengikat virus lalu dia akan membangkitkan kekebalan dan akan mengeliminasi virus tadi," kata Amin.
"Jadi virus dimobilisasi. Diikat kemudian doborgol sama dia (antibodi) dan dibawa ke sel imun untuk dieliminasi," tambahnya.
Diberitakan, Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Institute bekerja sama dengan PMI untuk mengembangkan pengobatan bagi pasien Covid-19.
Baca juga: Kasus Perdana Covid-19, Pemkab Bima Naikan Status Jadi Tanggap Darurat
Kedua lembaga ini nantinya akan merekrut para pasien Covid-19 yang telah sembuh untuk diambil plasma darahnya.
Tindakan ini dikakukan karena para penyintas Covid-19 yang telah sembuh memiliki antibodi.
Antibodi inilah yang nanti bisa diberikan untuk pengobatan pasien Covid-19.
Adapun, plasma yang diambil sekitar 200 hingga 300 cc.
Setelah diambil, plasma darah lalu diuji di laboratorium untuk memastikan adanya antibodi di dalamnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.