Kemudian, termasuk sudah menjalankan kebijakan keharusan jaga jarak sosial dengan menutup sementara sekolah dan bisnis maka jumlah kematian diprediksi mencapai 47.984 jiwa.
Skenario keempat, dengan intervensi pemerintah yang tinggi saat penanganan Covid-19 atau keadaan pemerintah telah melakukan tes massal yang dilakukan secara masif dengan cakupan tinggi.
Kemudian, ini disertai kewajiban bagi masyarakat untuk menjaga jarak sosial maka jumlah kematian diprediksi sebanyak 11.898 jiwa.
Baca juga: Epidemiolog: PSBB di DKI Jakarta Belum Efektif Kendalikan Massa
Pemodelan ini dibuat Pandu dan kawan-kawan yang rampung pada 27 Maret 2020 ini pun telah diserahkan ke Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Sebelum merilis model ini, Pandu pernah mengeluarkan prediksinya bahwa kasus Covid-19 di Indonesia sebenarnya telah muncul sejak Januari dan Februari 2020.
Jika tetap mudik
Pada 12 April 2020, Pandu dan rekannya kembali membuat model prediksi jumlah kasus apabila mudik tetap dilaksanakan.
Pandu mengatakan, kegiatan mudik rawan untuk menularkan Covid-19 cukup banyak.
"Semua kan dari pergerakan manusia. Jadi manusia dibatasi pergerakannya tidak boleh mudik itu satu cara supaya virus dari kota besar jangan pulang kampung," kata Pandu pada Kompas.com, Selasa (14/5/2020)
Pada model kali ini, FKM UI membatasi prediksi mudik di sekitar Pulau Jawa.
Hasilnya diketahui, apabila warga pulau Jawa selain Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) melakukan mudik, jumlah kasus terinfeksi pada 24 Mei 2020 atau 1 Syawal mencapai kurang lebih 650.000 orang.
Namun, jika warga Pulau Jawa selain Jabodetabek tidak mudik, jumlah kasus pada 24 Mei mencapai kurang lebih 600.000 orang.
Sementara itu, jumlah kasus di Jabodetabek pada tanggal yang sama diperkirakan mencapai kurang lebih 200.000 orang.
Baca juga: Survei: Kepala Desa Butuh Keputusan Tegas Pemerintah Pusat soal Mudik Lebaran 2020
FKM UI juga memprediksi jumlah kasus hingga 1 Juli 2020.
Hasilnya, apabila warga di Pulau Jawa selain Jabodetabek tetap melakukan mudik, jumlah kasus positif Covid-19 dan butuh perawatan di rumah sakit meningkat kurang lebih 1 juta orang.
Kemudian, apabila warga di Pulau Jawa selain Jabodetabek tidak melakukan mudik, jumlah kasus positif Covid-19 yang butuh perawatan sebanyak kurang lebih 800.000 orang.
Sementara itu, jumlah kasus di Jabodetabek pada tanggal tersebut diprediksi 200.000 orang.
Dengan demikian, berdasarkan pemodelan itu, Pandu mengimbau masyarakat untuk tidak mudik sehingga penularan tidak terjadi secara lebih masif dan membahayakan warga yang tinggal di desa.
"Kalau pulang kampung itu, (virus) menyebar di daerah, kampung-kampung, yang pelayanannya sangat terbatas, menularkan ke orang-orang yang ada di sana," ujar Pandu.
Penghitungan ini dilakukan FKM UI berdasarkan data survei potensi pemudik angkutan Lebaran tahun 2020 dari Kementerian Perhubungan.
Dari data tersebut, diketahui ada 14,9 juta orang atau 44,1 persen orang dari Jabodetabek yang melakukan mudik Lebaran.
Data lainnya berasal dari Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek. Sebanyak 56 persen warga Jabodetabek tidak mudik, 37 persen masih mempertimbangkan dan tujuh persen telah mudik.
Kemudian, muncul asumsi 20 persen penduduk di Jabodetabek mudi ke provinsi lain di Pulau Jawa.
Puncak kasus pertengahan Mei