HATI saya campur aduk saat mempersiapkan hingga akhirnya selesai membawakan Konser Amal Didi Kempot di KompasTV.
Deg-degan, riang gembira, kagum meskipun sempat kesal alias bete hingga akhirnya terharu sekaligus bangga.
Saya akan jelaskan satu persatu mengapa perasaan itu campur aduk jadi satu. Sebelumnya, saya ingin bercerita dulu awal konser itu.
Ide konser datang dari Mas Didi Kempot dan tim melihat perkembangan Indonesia saat ini. Pandemi corona yang membuat kita semua susah.
Banyak orang harus kehilangan pekerjaan, pelaku usaha tak sedikit yang gulung tikar, para pekerja seni tak lagi bebas berkarya dan masih banyak lagi kegiatan kita yang mendadak hilang.
Seorang Didi Kempot merasa perlu melakukan sesuatu. Ia ingin memberi penghiburan. Ia ingin menggalang donasi bagi mereka kaum papa yang terimbas Corona ini.
Tapi tak cuma soal itu. Ada jutaan Sobat Ambyar—begitu nama panggilan penggemar Didi Kempot—yang terbiasa mudik jelang Lebaran.
Tahun lalu saja tercatat pergerakan manusia selama musim mudik di pulau Jawa sekitar dua puluh juta manusia.
Jika itu terjadi, itu bencana besar di tengah pandemi Corona yang masih melanda tanah air.
Tidak usah mudik jadi pesan penting dalam Konser Amal Didi Kempot.
Ia ingin mengambil peran untuk mengatakan itu pada jutaan penggemarnya yang tiap tahun punya ritual mudik.
Ide untuk membuat konser amal datang hari Jumat, 3 April dan rencana konser hari Sabtu, 11 April yang disiarkan secara langsung di KompasTV.
Di situasi normal saja, konser untuk disiarkan secara langsung di televisi tidak ada yang disiapkan hanya dalam hitungan hari.
Apalagi sekarang! Saat semua mobilisasi dan aktivitas tidak bisa semudah biasanya, Didi Kempot dan KompasTV mau konser live? Gendheng!
Begitu katanya dalam bahasa Jawa.
Jadi, apa sebaiknya jawaban untuk rencana ini?
Melalui Wakil Pemimpin Redaksi KompasTV, Yogi Nugraha, saya mengirim pesan: harus jalan!
Konser amal dengan pesan “Jangan Mudik” ini harus dibuat sekarang.
Jika kita harus berdiskusi panjang, menunda hingga minggu-minggu ke depan demi persiapan matang, memikirkan promosi acara dan lain sebagainya maka acara ini akan percuma karena sudah terlalu banyak yang mudik.
Kami percaya, niat baik dan keinginan mulia menolong sesama tidak bisa dikalahkan oleh kecemasan tentang persiapan dan urusan tetek bengek. Di sinilah awal perasaan deg-degan itu.
Berjoget sambil berpelukan, berdekatan untuk berjoget ambyar adalah gaya khas Sobat Ambyar, Sad boys and Sad Girls dan banyak lagi sebutan untuk penggemar Didi Kempot.
Pemandangan itu tidak bisa lagi kita saksikan.
KompasTV menulis pesan di layar kaca: tak perlu berkumpul, tidak berdekatan, di rumah saja, kita tetap bisa ber-ambyar bersama dari rumah masing-masing.
Kedengarannya agak absurd atau aneh, tapi tidak bagi penggemar Didi Kempot. Ini kali pertama dan jadi bukti bahwa berjauhan tapi tetap ambyar.
Riang gembira berjoget ambyar, senang bisa menghibur masyarakat yang sedang gundah gulana di tengah krisis Corona ini.
Saya terkagum-kagum melihat respons, semangat Sobat Ambyar dan masyarakat Indonesia tergerak untuk menyumbang.
Donasi yang masuk, sejak Didi Kempot tampil di KompasTV, "menyerbu" bertubi-tubi. Luar biasa.
Tapi tak berapa lama, saya mendapat laporan bahwa warganet sulit mengakses tautan yang disiapkan Kitabisa.com, platform galang donasi.
Pesan yang masuk ke KompasTV berisi misuh-misuh alias ngomel. Sejumlah pesan melalui whatsapp ke saya juga menulis tentang kekesalan karena tidak bisa menyumbang.
Di sini saya mulai bete. Ternyata Kitabisa.com tidak mampu menampung ribuan transaksi yang masuk dalam hitungan menit. Server mereka down, begitu informasi yang saya terima.
Sumbangan jadi tersendat dan nominal donasi yang masuk tidak bergerak. Pesan masuk berisi pertanyaan kenapa donasi segitu-gitu saja. Jujur, saya kecewa dengan Kitabisa.com.
Namun, mau apa lagi, sudah telanjur.
Di belakang layar, semua kerja cepat harus segera dieksekusi mencari solusi. Ini tentang kepercayaan publik. Ini tentang tanggung jawab.
Begitu dialihkan ke rekening yang lebih mudah diakses publik, tercatat lebih dari 14.000 transaksi dalam 30 menit! Ambyaar...!
Didi Kempot: Konser Amal dari Rumah yang disiarkan langsung KompasTV selama tiga jam sudah usai.
Konser ini bagi saya luar biasa. Tidak hanya menghibur masyarakat di rumah tapi konser ini juga menggalang kesadaran masyarakat untuk tidak mudik.
Inisiatif ini menunjukkan tentang kemenangan niat luhur dan solidaritas. Terharu melihat solidaritas dan gotong royong masyarakat.
Corona telah membuat krisis dalam banyak dimensi, tapi tidak akan pernah membuat kita krisis harapan. Corona bisa mengambil kebebasan kita, tapi tidak kemanusiaan kita.
Terima kasih untuk mas Didi Kempot dan semua tim yang telah memberikan ide gendheng ini ke KompasTV.
Ikhtiar yang mulia dan berbela rasa pada sesama tak akan pernah mengkhianati hasil. Sobat Ambyar telah membuktikan itu!
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.