JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu masyarakat berbondong-bondong memborong masker untuk disimpan dan digunakan sebagai upaya pencegahan wabah virus corona.
Hal tersebut menjadi salah satu penyebab kelangkaan masker di Indonesia.
Kelangkaan membuat masyarakat yang membutuhkan masker seperti orang sakit, orang yang merawat orang sakit dan tenaga kesehatan kesulitan untuk mendapatkan alat pelindung hidung serta mulut itu.
Meski demikian, dalam situasi seperti ini muncul opsi baru penggunaan masker kain untuk menggantikan masker bedah.
Baca juga: Yuri: Masker Kain Bisa Jadi Alternatif Cegah Virus Corona
Menurut juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona Achmad Yurianto, masker berbahan dasar kain dapat dijadikan alternatif untuk mencegah penularan virus.
Yuri mengatakan, di tengah kondisi kelangkaan surgical mask seperti sekarang ini, masker kain dapat menjadi pilihan ketimbang tak menggunakan masker sama sekali.
"(Penggunaan masker berbahan dasar kain) ini lebih baik dibanding tanpa pakai masker," kata Yuri kepada Kompas.com, Rabu (25/3/2020).
Walau jadi salah satu alternatif, apakah masker kain benar-benar ampuh untuk mencegah penularan virus melalui percikan ludah yang keluar dari mulut atau droplet?
Dokter dari Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan Erlina Burhan memberi penjelasan terkait efektivitas masker kain sebagai pencegah penularan virus.
Kurang efektif cegah penularan virus
Menurut Erlina, masker kain kurang efektif untuk mencegah penularan virus.
Sebab, kata dia, masker tersebut tidak bisa menahan percikan yang keluar dari mulut atau droplet sepenuhnya.
"Jadi pencegahan keluarnya droplet dari batuk atau bersin itu pada pemakai kalau yang dropletnya, beratnya besar ia bisa, tapi kalau dropletnya kecil tidak bisa tidak masker kain ini ya," kata Erlina saat konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Rabu (1/4/2020).
Baca juga: Apakah Masker Kain Buatan Sendiri Bisa Mencegah Infeksi Corona?
Erlina menjelaskan, kemampuan filtrasi masker kain hanya mampu menahan 10 sampai 60 persen partikel dengan ukuran tiga mikron.
Masker kain, lanjut dia, juga tidak mampu menahan partikel aerosol dan airborne atau partikel yang ada di udara.
"Masker kain ini bila dalam keadaan terpaksa bisa dipakai, tapi memang tidak sebaik seefektif masker bedah," ujar dia.
Namun, penggunaan masker kain tetap memiliki beberapa keuntungan, yakni bisa dipakai secara berulang.
Ia mengingatkan sebelum dipakai berulang, masker kain harus dicuci terlebih dahulu.
"Perlu dicuci dengan deterjen dan bila perlu memakai air panas. Karena deterjen dan air yang hangat itu bisa mematikan virus," ucap Erlina.
Masker bedah tiga kali lebih efektif
Dibanding masker kain, masker bedah tiga kali lipat lebih efektif untuk mencegah penularan virus termasuk Covid-19.
Erlina mengacu pada penelitian ilmiah di Inggris terkait efektivitas masker kain.
"Kesimpulan dari penelitian ini, intinya adalah bahwa penggunaan masker bedah ternyata lebih efektif tiga kali lipat dibandingkan masker kain atau masker buatan rumah," ungkapnya.
Baca juga: Yurianto: Masker Tak Bisa Membunuh Virus Corona, Sebaiknya Tetap Cuci Tangan Pakai Sabun
Erlina menjelaskan, kemampuan filtrasi masker bedah mencapai 30 sampai 95 persen partikel dengan ukuran 0,1 mikron.
Namun, bisa saja fungsi filtrasi masker bedah tidak berjalan dengan baik apabila ada kebocoran penggunaan.
"Terutama dari samping kiri kanan karena tidak sepenuhnya sempurna bisa menutupi wajah," ungkapnya.
Meski cukup efektif, Erlina menegaskan, penggunaan makser bedah hanya untuk petugas medis, orang yang sedang sakit, orang yang merawat orang sakit atau orang yang berada dalam kerumunan.
Selain masker bedah, masker N95 juga bisa menangkal penularan virus lewat droplet. Masker N95 mampu melakukan filtrasi pada partikel 0,1 mencapai lebih 95 persen.
Masker itu juga tidak akan bocor apabila digunakan dengan benar.
Masker N95 juga bisa dipakai berulang. Namun tata cara khusus tetap diperlukan apabila ingin memakai masker N95 secara berulang.
"Seperti misalnya setelah dipakai, dijemur di bawah sinar matahari untuk tiga sampai empat hari sehingga virus yang ada sudah mati," ujar dia.
Baca juga: Masker: Cara Menggunakan yang Benar
Namun, Erlina menegaskan, masker tersebut hanya untuk petugas kesehatan yang kontak langsung dengan pasien yang terinfeksi virus.
Kemudian, makser full face respirator juga bisa melindungi manusia dari paparan virus melalui droplet.
Tetapi masker tersebut hanya untuk pekerja di industri yang rawan terhadap zat-zat berbahaya.
"Face respirator ini untuk para pekerja yang memiliki risiko tinggi terpapar gas-gas yang berbahaya. Ini biasanya dipakai di industri,"
Menurut Erlina Burhan, masker face respirator ini memiliki efek perlindungan terhadap droplet, aerosol, dan airborne.
Kemampuan filtrasinya, lanjut Erlina, bisa mencapai 99 persen dengan partikel 0,1 mikron.
"Tidak ada kebocoran. Dapat dipakai berulang tapi tentu saja harus dibersihkan dengan disinfektan secara benar," tuturnya.
Masker kain opsi terakhir
Kendati demikian, lanjut Erlina, masker kain tetap bisa dijadikan opsi untuk mencegah penularan virus apabila ada kelangkaan masker bedah.
"Kalau masker kain itu menjadi pilihan terakhir bila tidak ada lagi masker maka masker kain menjadikan pilihan terakhir untuk mencegah penularan virus ini," kata Erlina.
Baca juga: Pakar: Masker Kain Jadi Pilihan Terakhir untuk Cegah Penularan Covid-19
Namun, Erlina mengingatkan pengguna masker kain tetap harus menjaga jarak satu hingga dua meter dengan orang lain.
Alasannya, karena masker kain hanya memiliki kemampuan filtrasi sebesar 10 sampai 60 persen partikel dengan ukuran tiga mikron.
Masker kain, menurut dia, juga tidak mampu menahan partikel aerosol dan airborne.
Jangan panic buying
Erlina juga mengingatkan masyarakat untuk tidak memborong masker secara berlebihan.
Sebab, kata dia, masker hanya untuk tenaga medis, orang sakit, orang yang sedang menjaga orang sakit atau orang dalam kerumunan.
"Oleh sebab itu saya minta kepada masyarakat jangan panic buying. Karena masker ini diperlukan terutama untuk tenaga kesehatan dan orang-orang yang sakit," ungkapnya.
"Jadi kalau orang sehat yang menborongnya, memakainya, maka ketersediaan masker ini tidak ada lagi untuk tenaga kesehatan maupun orang yang sakit," sambungnya.
Baca juga: Masyarakat Kembali Diingatkan Tak Panic Buying Beli Masker
Menurut Erlina, berbahaya jika tenaga kesehatan dan orang sakit tidak bisa mendapatkan masker.
Ia mengatakan, bisa saja penularan akan terus terjadi jika orang sakit tidak menggunakan masker.
"Dan ini berbahaya kalau orang sakit tidak ada akses terhadap masker, maka bisa jadi orang sakit ini akan terus menjadi sumber penularan untuk kita semua," ujar Erlina.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.