JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah memperbarui data pasien positif virus corona dan mengidap Covid-19 pada Senin (23/3/2020).
Hingga Senin sore, diketahui total ada 579 kasus Covid-19 di Tanah Air.
Angka ini bertambah 65 kasus sejak pemerintah mengumumkan data pada Minggu (22/3/2020) sore, atau dalam 24 jam terakhir.
Hal ini diungkapkan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, dalam konferensi pers di Graha BNPB.
"Ada penambahan kasus baru 65 orang, yang tersebar di berbagai provinsi, sehingga total kasus ada 579 orang," kata Achmad Yurianto.
Sebelumnya, pemerintah menyebutkan bahwa ada 514 orang yang positif virus corona, dengan 48 pasien meninggal dunia setelah mengidap Covid-19.
Dengan demikian, ada penambahan 1 pasien meninggal dunia dalam 24 jam terakhir.
Adapun 30 pasien dinyatakan telah sembuh dan sudah bisa pulang dari perawatan di rumah sakit.
Virus corona terus menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Hingga Senin, penularan Covid-19 sudah terjadi di 22 provinsi.
Sebelumnya atau pada Minggu, penularan baru ditemukan di 20 provinsi, saat ini ada dua wilayah penularan baru, yaitu Maluku Utara dan Jambi.
Kedua provinsi tersebut masing-masing mencatatkan satu kasus baru.
Adapun provinsi DKI Jakarta masih menjadi daerah dengan kasus penularan Covid-19 tertinggi.
Total ada 353 kasus pasien positif Covid-19 di Ibu Kota. Angka ini bertambah 44 dari 309 pasien dari sehari sebelumnya.
Dari 353 pasien positif Covid-19 di DKI Jakarta itu, sebanyak 29 orang meninggal dunia.
Sementara itu, jumlah pasien sembuh di DKI Jakarta hingga 23 Maret sebanyak 23 orang.
Baca juga: UPDATE: DKI Jakarta Catat 353 Kasus Covid-19, Total Sebaran di 22 Provinsi
Berdasarkan data pemerintah pusat itu, jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta jauh melampaui provinsi lain.
Misalnya, di Jawa Barat yang menempati urutan kedua daerah dengan kasus positif Covid-19 tertinggi, mencatat adanya 59 kasus hingga saat ini.
Sementara itu, di Banten yang menempati urutan ketiga, ada 56 kasus positif Covid-19.
Disusul kemudian Jawa Timur dengan 45 kasus positif Covid-19 dan Jawa Tengah dengan total 15 kasus positif Covid-19 hingga 23 Maret.
Yurianto kembali mengingatkan pentingnya menjaga jarak secara fisik untuk mencegah penularan virus corona.
Ia juga meminta masyarakat untuk menjauhi atau bahkan mencegah terjadinya kerumunan orang.
"Kami juga berharap bahwa masyarakat bisa mengingatkan pada komunitasnya untuk menjauhi atau mencegah terjadinya kerumunan orang, kemudian berkumpul di suatu tempat yang sempit dengan orang yang demikian banyak," kata Yuri.
Yuri mengatakan, berkomunikasi dengan kondisi fisik yang berdekatan berisiko sangat tinggi terhadap penyebaran dan penularan virus corona.
Sebab, virus ini menular melalui droplet atau percikan-percikan ludah yang berpindah dari orang yang sakit ke orang sehat.
Baca juga: Jubir Pemerintah: Anggota Keluarga yang Sakit, Isolasi Diri dan Jaga Jarak
Percikan ludah sangat mungkin berpindah dari satu orang ke orang lain, ketika seseorang bicara, batuk, atau bersin.
"Maka menjaga jarak secara fisik antara satu orang dengan orang yang lain ini adalah langkah yang paling bagus dan paling benar untuk mengurangi risiko terjadinya penularan ini," ujar Yuri.
Yuri menambahkan, upaya menjaga jarak ini harus disertai dengan melakukan cuci tangan secara rutin menggunakan sabun.
Sebab, tidak mustahil jika seseorang tak sengaja menyentuh droplet orang sakit, kemudian menggunakan tangan untuk makan, minum, atau menyentuh hidung, mata, hingga mulut.
Dalam kesempatan itu, Yurianto pun mewanti-wanti masyarkat untuk tak sembarangan mengonsumsi chloroquine sebagai obat corona.
Yuri menegaskan bahwa chloroquine merupakan obat keras yang penggunaannya harus menggunakan resep dokter.
"Chloroquine adalah obat keras, oleh karena itu penggunaannya sudah barang tentu harus atas resep dokter dan dalam pengawasan dokter untuk perawatan pasien di rumah sakit, tidak untuk diminum sendiri di rumah," kata Yuri.
Yuri mengatakan, chloroquine didatangkan untuk layanan rawatan pasien corona di rumah sakit. Obat ini bukan disiapkan sebagai profilaksis atau pencegahan corona.
Baca juga: Publik Diminta Tak Berbondong-bondong Beli Chloroquine Tanpa Resep Dokter
Chloroquine, kata Yuri, sudah lama dikenal lantaran pernah digunakan untuk program pemberantasan malaria.
"Sehingga chloroquine ini secara mandiri mampu kita produksi sendiri dan jumlahnya cukup," ujar dia.
Yuri pun meminta masyarakat untuk tidak berbondong-bondong membeli, menyimpan, atau bahkan mengonsumsi chloroquine tanpa adanya resep dari dokter.
Masyarakat yang merasa memiliki gejala klinis serupa Covid-19 diminta untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.
"Manakala dirinya merasa sakit atau merasa tertular oleh orang lain, maka disarankan segera periksa di fasilitas kesehatan manapun," ujar Yuri dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta, Senin (23/3/2020).
"Konsultasikan dengan dokter dan tidak perlu panik. Dengan pemeriksaan teliti oleh dokter, maka akan bisa ditentukan apakah ada dugaan ke arah Covid-19 atau tidak," lanjut dia.
Gejala klinis yang dimaksud, yakni demam disertai batuk dan sesak napas.
Pemerintah tak menganjurkan masyarakat, baik yang mengalami gejala klinis maupun yang tidak untuk meminum obat atau melakukan kegiatan yang diyakini bisa mencegah atau menyembuhkannya dari sakit.
"Padahal, belum terbukti secara ilmiah. Oleh karena itu, mari sama-sama kita rasional" ujar Yuri.
Baca juga: Pemerintah: Merasa Sakit atau Tertular? Periksa di Fasilitas Kesehatan
"Mari sama-sama kita manfaatkan seluruh fasilitas yang ada di negara ini. Baik secara langsung mendatangi dokter, atau secara virtual menggunakan aplikasi di beberapa unicorn untuk mendapatkan konsultasi," lanjut dia.
Pemerintah juga telah membuka hotline pengaduan atau konsultasi Covid-19, yakni 119 dengan extension 9.
Yurianto menuturkan, pemerintah telah menyiapkan 105.000 tambahan alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis yang menangani pasien terjangkit Covid-19.
Selain APD, pemerintah juga menyiapkan 125.000 alat pemeriksaan cepat untuk deteksi Covid-19 dengan metode rapid test. Alat deteksi ini juga tengah didistribusikan ke seluruh Indonesia.
Baca juga: 105.000 APD Tambahan Siap Didistribusikan ke Tenaga Medis yang Rawat Pasien Covid-19
Sebelumnya, pemerintah sudah menyiapkan 10.000 APD dan 150.000 masker tambahan untuk tenaga medis.
"Artinya posisi logistik kita untuk layanan perawatan di rumah sakit cukup," ujar dia.
Menurut Yuri, tambahan APD tersebut bisa didapatkan di Dinas Kesehatan masing-masing provinsi.
Yurianto mengatakan, saat ini ada 125.000 alat untuk melakukan pemeriksaan cepat atau rapid test virus corona yang menyebabkan penyakit Covid-19.
Alat deteksi cepat itu didatangkan langsung dari China.
Yuri menuturkan, Indonesia memerlukan banyak alat rapid test. Sebab, kata dia, potensi masyarakat yang berisiko terjangkit Covid-19 mencapai 600.000 hingga 700.000 kasus.
Baca juga: Pemerintah: Alat Rapid Test yang Dijual Online Termasuk Barang Gelap
Ia mengatakan, pemerintah berencana menyiapkan sekitar 1 juta alat rapid test untuk mendeteksi virus corona di masyarakat.
Alat tes tersebut akan tiba di Indonesia secara bertahap mulai Sabtu (21/3/2020).
Yurianto juga mengatakan, pemerintah sudah melaksanakan pemeriksaan cepat untuk mendeteksi Covid-19 dengan metode rapid test.
Baca juga: Pemerintah Siap Sebar 125.000 Alat Rapid Test ke Seluruh Indonesia
Menurut Yurianto, dari pemeriksaan yang dilakukan sampai dengan Senin (23/3/2020) ditemukan beberapa temuan kasus positif Covid-19.
"Kita mendapatkan beberapa hasil positif, meskipun lebih banyak kita temukan yang hasilnya negatif dari pemeriksaan screening ini," kata Yuri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.