Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prabowo Diprediksi Kalah jika Maju Pada Pilpres 2024, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 13/03/2020, 19:03 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Kristian Erdianto

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto diprediksi akan mengalami kekalahan apabila kembali maju dalam bursa Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

Hal itu terlihat dalam hasil survei yang digelar oleh Indonesia Political Opinion (IPO).

"Sejak 2019 sampai 2020, bahkan di awal 100 hari pemerintahan Jokowi-Maaruf Amin, trennya adalah menurun. Jadi ini kalau dilanjutkan, maka lebih besar potensinya untuk kalah dibandingkan yang menang," ujar Direktur Eksekutif IPO, Dedi Kurnia Syah di kawasan Wahid Hasyim, Jakarta Pusat, Jumat (13/3/2020).

Baca juga: Survei Cyrus: Elektabilitas Prabowo Naik Drastis, Bagaimana Nama Lain?

IPO mencatat, sebesar 64,5 persen dari total 1.600 responden meyakini Prabowo akan kalah. Sedangkan, peluang kemenangannya hanya sebesar 16,4 persen.

Adapun responden yang ragu-ragu atas kemenangan Prabowo sebesar 9,2 persen dan tergantung pasangan sebesar 9,9 persen.

Dalam survei tersebut, Prabowo masuk dalam deretan klaster tokoh lama bersama Menko Polhukam Mahfud MD dan politisi PKS Hidayat Nur Wahid.

Baca juga: Cyrus Network: Tingkat Kepercayaan Publik Terhadap Polri Lebih Baik dari KPK

Kemudian disusul Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar, politisi PAN Hatta Rajasa, Menteri Keuangan Sri Mulyani, dan Ketua MPR Bambang Soesatyo.

Uniknya, kendati diprediksi akan mengalami kekalahan, Prabowo justru meraup popularitas tertinggi di deretan tokoh lama.

Menteri Pertahanan itu meraih kepopuleran sebesar 92,6 persen. Sedangkan Bambang Soesatyo menjadi tokoh lama paling rendah popularitasnya sebesar 21,0 persen.

Baca juga: Survei Median: Elektabilitas Prabowo pada Pilpres 2024 Tertinggi

Dedi mengatakan, faktor kekalahan Prabowo terjadi karena tingkat keterpilihan pada Pilpres 2024 lebih condong mengarah kepada tokoh-tokoh baru.

Tokoh baru itu antara lain, mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, politisi Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, dan Mendagri Tito Karnavian.

Lalu Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Ketua DPR Puan Maharani, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan, mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.

Baca juga: Survei: Elektabilitas Sandiaga Naik Dua Kali Lipat jika Prabowo Tak Maju Pilpres 2024

Dengan begitu, kata Dedi, kondisi tersebut memungkinkan menjadi titik akhir perjalanan politik elektoral Prabowo.

"Jika mendapat pasangan politik dari parpol terkuat sekalipun, Prabowo tetap akan lebih berpeluang kalah dibanding menang," kata dia.

Survei nasional ini dilakukan sejak 10 Januari 2020 hingga 31 Januari 2020 dengan total 1.600 responden yang dipilih secara purposive sampling.

Adapun penyebaran responden terdapat di 27 provinsi dengan tingkat kepercayaan sebesar 97 persen dan margin of error 4,5 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com