JAKARTA, KOMPAS.com - Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Siti Nadia Tarmizi mengatakan, mayoritas kematian akibat penularan demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Saat ini kasus penularan kita di angka 17.820. Angka kematian (akibat DBD) tercatat 104 kejadian. Untuk angka kematian di NTT tertinggi, yakni dengan 32 orang meninggal," ujar Siti di Kantor Kemenkes, Kuningan, Jakarta Pusat, Rabu (11/3/2020).
Menurut Siti, angka tersebut tercatat berdasarkan pantauan Kemenkes sejak Januari hingga 11 Maret 2020.
Baca juga: Antisipasi Lonjakan Pasien DBD, RSUD Kota Bekasi Siapkan Kamar dan Kasur Tambahan
Dari 32 kematian itu, lanjut dia, sebanyak 14 kasus kematian di antaranya terjadi di Kabupaten Sikka.
Adapun mayoritas warga yang meninggal adalah anak-anak berusia di bawah 14 tahun.
Siti mengungkapkan, karena itulah, Kabupaten Sikka menjadi perhatian khusus pemerintah dalam hal penularan DBD.
Dia juga menyampaikan, angka kematian di NTT tinggi karena sejumlah hal.
Pertama, faktor lingkungan, yang mana banyak terdapat lokasi tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti.
"Lalu, tidak dilakukan pencegahan sebelum masa penularan DBD. Kemudian, tempat perindukan nyamuk tidak dibersihkan," ucap Siti.
Lebih lanjut Siti mengungkapkan, ada empat provinsi lain dengan kasus kematian akibat DBD yang juga tinggi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.