JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Masyarakat Anti-Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho menyayangkan sikap pemerintah yang sering menimbulkan ketidakpastian informasi terkait virus corona.
Menurut Septiaji, hal ini terjadi karena sejumlah pejabat publik memberikan pernyataan yang kontradiktif terkait virus corona.
"Kita sayangkan ketidakpastian informasi. Salah satunya karena ada pejabat publik beberapa ada yang memberikan pernyataan yang selalu bertentangan, kontradiktif," ujar Septiaji dalam diskusi di Kantor Kemenkominfo, Jakarta Pusat, Senin (9/3/2020).
Baca juga: Kemenkominfo Sebut Ada 5 Kasus Hoaks soal Virus Corona Ditangani Polisi
Kondisi ini, kata dia, membuat masyarakat kebingungan.
"Pejabat A bilang begini, yang lain begitu. Seolah mereka berpikir, ini sebenarnya virus corona bahaya enggak sih? Seolah ini penyakit biasa saja. Kan kita bingung," ujar Septiaji.
Jika hal tersebut terus terjadi, menurut dia berpotensi membuka jalan adanya berbagai informasi keliru di masyarakat.
Septiaji mengingatkan bahwa informasi yang keliru cenderung lebih mudah beredar luas.
Terlebih jika informasi yang dimaksud terkait virus corona, karena menyangkut keselamatan nyawa individu.
"Kita butuh informasi dari otoritas yang terpercaya, sebab kalau sudah beredar lalu menyebar ribuan kali, susah dibendung," ujar Septiaji.
"Kalau sudah gitu, klarifikasinya paling hanya 10-20 persen saja (yang diibagikan). Orang lebih suka menyebarkan yang heboh, oalau membaca klarifikasinya kita malas," kata dia.
Baca juga: Terawan: Masalah di Indonesia Bukan Hanya Corona, Ada yang Lebih Mematikan Yaitu DBD
Sebelumnya, Septiaji mengatakan, ada lebih dari 100 informasi hoaks terkait penularan virus corona di Indonesia.
Menurut dia, jumlah ini tercatat selama dua bulan terakhir.
Septiaji menyebutkan, kondisi ini sebagai infodemik, di mana terjadi banjir informasi sesaat.
"Di Indonesia ini ada sekitar 100 lebih (topik hoaks yang beredar), selama dua bulan ini, " ujar Septiaji.
Pada umumnya, lanjut dia, hoaks yang beredar di Indonesia ini sangat mudah menjadi viral di masyarakat.
Septiaji menyebutkan, kondisi ini meresahkan dan tidak kalah berbahaya dengan penyebaran virus corona itu sendiri.
"Infodemik ini merupakan banjir informasi yang sesat, yang membingungkan, mengelabui banyak orang dan yang tidak kalah bahayanya dari virus (virus corona) itu sendiri. Dan itu terjadi secara global, " tuturnya.
Baca juga: 2 Pasien di RSHS Sempat Kontak dengan Warga Depok yang Positif Corona
Septiaji mengungkapkan, data secara global hingga saat ini ada 500 hoaks yang beredar di dunia terkait virus corona.
Selain Indonesia, informasi hoaks tersebut juga terjadi di Singapura, Turki, India dan Iran.
"Ada 500 topik di berbagai negara. Singapura kemarin melaporkan ada 16 (topik hoaks), negara lain juga punya catatan masing-masing. India juga cukup banyak, Turki juga ada, lalu Iran yang juga lumayan," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.