Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BPIP Minta Salam Pancasila tak Diartikan Secara Sempit

Kompas.com - 03/03/2020, 05:21 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Diamanty Meiliana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono mengimbau pengucapan salam Pancasila tidak diartikan secara sempit.

Menurutnya, salam Pancasila tidak bertujuan untuk mengganti salam keagamaan atau salam-salam yang lain yang ada di Indonesia.

"Salam ini tidak berkonotasi, tidak berpretensi mengganti salam yang lain-lain. Sebab salam di Indonesia itu kan beragam, ada Salam Komando, Salam Pramuka, " ujar Hariyono saat memberikan pemaparan dalam bedah Buku "Membela yang Lemah Demi Bangsa dan Ilmu" di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (2/3/2020).

Sehingga menurutnya, jika individu mengucapkan Salam Pancasila, bukan berarti menghilangkan esensi pengucapan salam lain dan salam keagamaan.

Baca juga: Megawati Perkenalkan Salam Pancasila ala Bung Karno

Hariyono menuturkan, tujuan adanya Salam Pancasila yakni pemerintah ingin mensosialisasikan Pancasila secara lebih luas kepada masyarakat.

Dia mengungkapkan, Salam Pancasila yang dilakukan dengan mengangkat bahu dan lima jari, melambangkan masing-masing individu punya tanggung jawab mengamalkan lima sila Pancasila.

"Kami ingin Pancasila tidak dimonopoli oleh negara atau BPIP saja. Tetapi, setiap warga negara punya tanggung jawab mengamalkan sila-sila pancasila yang ada di bahu kita," jelasnya.

"Jadi sekali lagi saya tegaskan, saya minta Salam Pancasila dijawab dengan Salam Pancasila. Dan tidak ditafsirkan secara sempit," tambahnya.

Baca juga: Cara Kepala BPIP agar Tak Salah Bicara, Belajar dari Mahfud MD hingga Buat Draf

Diberitakan, pada 2017 lalu, Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang kini bernama BPIP Megawati Soekarnoputri memperkenalkan Salam Pancasila.

Megawati memperagakan "salam Pancasila" yang diajarkan oleh proklamator Ir Soekarno.

Hal itu dilakukannya di depan 503 mahasiswa perwakilan dari seluruh Indonesia yang sedang mengikuti program Penguatan Pendidikan Pancasila yang digelar oleh UKP-PIP di halaman Istana Presiden, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (12/8/2017).

"Saya pikir kita akan ada di dalam ruangan sehingga nanti bisa divisualisasikan. Tapi karena kita di kebun, tidak apa-apa juga ya. Salam Pancasila yang sebenarnya, begini," ujar Megawati sambil memperagakan gerakan.

Baca juga: Agar Tak Salah Omong, Kepala BPIP Putuskan Puasa Bicara Selama Setahun

Tangan kanan Mega serupa posisi hormat. Namun, ujung jari tidak menempel di dahi, melainkan berjarak sejengkal dari dahi bagian kanan. Gerakannya pun mesti sedikit menghentak.

Megawati kemudian berteriak, "salam Pancasila". Serentak, para mahasiswa melakukan persis yang diperagakan Megawati. "salam Pancasila", seru mereka kompak.

Megawati melanjutkan, sebenarnya ada dokumen otentik yang menunjukkan salam tersebut diciptakan oleh Bung Karno.

"Beliau (Bung Karno) berkeinginan setiap warga negara secara fisik itu memberikan salam hormatnya satu sama lain dengan cara salam Pancasila itu," ujar Megawati.

Namun, Megawati tidak mengetahui di mana keberadaan dokumen itu saat ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com