JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Hariyono mengimbau pengucapan salam Pancasila tidak diartikan secara sempit.
Menurutnya, salam Pancasila tidak bertujuan untuk mengganti salam keagamaan atau salam-salam yang lain yang ada di Indonesia.
"Salam ini tidak berkonotasi, tidak berpretensi mengganti salam yang lain-lain. Sebab salam di Indonesia itu kan beragam, ada Salam Komando, Salam Pramuka, " ujar Hariyono saat memberikan pemaparan dalam bedah Buku "Membela yang Lemah Demi Bangsa dan Ilmu" di Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Senin (2/3/2020).
Sehingga menurutnya, jika individu mengucapkan Salam Pancasila, bukan berarti menghilangkan esensi pengucapan salam lain dan salam keagamaan.
Baca juga: Megawati Perkenalkan Salam Pancasila ala Bung Karno
Hariyono menuturkan, tujuan adanya Salam Pancasila yakni pemerintah ingin mensosialisasikan Pancasila secara lebih luas kepada masyarakat.
Dia mengungkapkan, Salam Pancasila yang dilakukan dengan mengangkat bahu dan lima jari, melambangkan masing-masing individu punya tanggung jawab mengamalkan lima sila Pancasila.
"Kami ingin Pancasila tidak dimonopoli oleh negara atau BPIP saja. Tetapi, setiap warga negara punya tanggung jawab mengamalkan sila-sila pancasila yang ada di bahu kita," jelasnya.
"Jadi sekali lagi saya tegaskan, saya minta Salam Pancasila dijawab dengan Salam Pancasila. Dan tidak ditafsirkan secara sempit," tambahnya.
Baca juga: Cara Kepala BPIP agar Tak Salah Bicara, Belajar dari Mahfud MD hingga Buat Draf
Diberitakan, pada 2017 lalu, Ketua Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP-PIP) yang kini bernama BPIP Megawati Soekarnoputri memperkenalkan Salam Pancasila.
Megawati memperagakan "salam Pancasila" yang diajarkan oleh proklamator Ir Soekarno.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.