Peristiwa bentrok terjadi di pusat mayoritas Muslim yang berdekatan dengan Timur Laut Delhi, sekitar 18 kilometer dari pusat ibu kota.
Di sana, terdapat pertemuan Trump dengan para pimpinan India, diplomat, dan pelaku bisnis.
CAA yang anti-Muslim menimbulkan protes masif sejak akhir tahun kemarin dan berujung pada kekerasan.
Ketika ditanya tentang bentrok yang terjadi saat kunjungannya, Trump hanya mengatakan itu hak pemerintah India dalam penanganannya.
Kerusuhan ini cukup membuat malu Perdana Menteri India, Narendra Modi yang telah menjauhkan perhatian juga kunjungan Trump di India.
Insiden Selasa (25/02/2020) sore juga menunjukkan adanya perusakan masjid di wilayah Shahadra. Para perusak berusaha mengoyak simbol bulan sabit dari atas menara.
Kekerasan ini dipicu oleh Kapil Mishra, ketua BJP (Partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata), yang mengancam kelompok pemrotes penentang CAA selama akhir pekan.
Dia mengatakan, kepada mereka bahwa mereka akan diusir secara paksa begitu presiden Trump meninggalkan India.
Juru bicara Kepolisian Delhi, MS Randhawa memberitahukan bahwa situasi terkendali dan "sejumlah polisi" telah dikerahkan.
Namun, massa terus meneriakkan slogan dan saling melempar batu.
Randhawa kemudian mengatakan bahwa polisi telah mengerahkan drone untuk meindai rekaman kamera CCTV. Dia akan memberi sanksi bagi pembuat onar.
Peristiwa itu menyisakan sejumlah pemandangan yang tidak mengenakkan seperti kendaraan hangus, jalanan penuh batu di Jaffrabad dan Chand Bagh pada Selasa paginya.
Akibat peristiwa itu, beberapa stasiun metro ditutup.
Menanggapi peristiwa nahas tersebut, ketua menteri yang baru terpilih kembali, Arvind Kejriwal meminta pemerintah federal untuk memulihkan ketertiban.
Pada kenyataannya, tidak ada cukup polisi di jalan. Polisi yang berjaga bahkan tidak mendapat perintah dari atas untuk mengendalikan situasi.
Baca juga: Kerusuhan India: Kisah Pria yang Dipukuli karena Berjenggot dan Pakai Gamis