JAKARTA, KOMPAS.com - Istana Kepresidenan membenarkan adanya rencana untuk menyewa pesawat berbadan lebar milik maskapai Garuda Indonesia sebagai pesawat kepresidenan.
Tujuannya, Presiden Joko Widodo dan rombongan tidak perlu melakukan transit jika melakukan kunjungan ke negara yang jaraknya jauh.
"Menghindari transit di negara tertentu," kata Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono saat dihubungi, Jumat (28/2/2020).
Baca juga: Beredar Foto Diduga Pesawat Baru Kepresidenan, Ini Penjelasan Istana
Saat ini, sebenarnya sudah ada pesawat kepresidenan berjenis Boeing Business Jet (BBJ) 2 yang berasal dari tipe 737-800.
Pesawat itu dibeli pada 2011, atau sejak era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Namun, pesawat itu memang harus melakukan transit untuk pengisian bahan bakar apabila hendak menuju negara yang jaraknya relatif jauh seperti Amerika Serikat.
Oleh karena itulah, menurut Heru, ada niatan pemerintah untuk menyewa pesawat berbadan lebar Boeing 777-300 ER milik Garuda.
Namun, belum ada transaksi resmi yang dilakukan untuk menyewa pesawat itu.
Sebab, sampai saat ini juga belum ada jadwal kunjungan Jokowi ke negara-negara yang lokasinya jauh dari Indonesia.
"Belum resmi juga belum ada pembicaraan serius. Lagi di hitung dari sisi keamanan dan lain-lain," ujar Heru.
Heru pun tidak mengetahui kenapa sudah ada foto pesawat Garuda yang dicat layaknya pesawat kepresidenan. Foto tersebut sebelumnya beredar di media sosial.
"Ya enggak tahu, mungkin itu promosi mereka," kata Heru.
Sementara itu, Menteri Sekretaris Negara Pratikno beralasan, perjalanan presiden ke luar negeri akan sangat mahal jika harus melakukan transit terlebih dulu.
"Jadi transit itu kan mahal banget," kata Pratikno.
Adapun Dirut Garuda Irfan Setiadi saat dihubungi terpisah juga enggan berkomentar soal masalah pesawat kepresidenan ini.