“Sekarang elitenya sudah tidak ada (konflik), semuanya karena sudah bergabung,” ujar Ma'ruf di Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang, Kamis (23/1/2020) lalu.
Namun, kondisi politik yang kondusif ini menjadi tak berarti karena tidak diikuti dengan kerja kabinet yang efektif.
Rendahnya efektivitas kerja ini setidaknya tercermin dari tingkat kepuasan publik terhadap kinerja kabinet Jokowi.
Langkah politik Jokowi yang mengonsolidasikan nyaris seluruh kekuatan politik dalam kabinet ternyata tak berbanding lurus dengan kinerja kabinet itu sendiri.
Di sisi lain, berbagai kontroversi yang diciptakan oleh para menteri di masa-masa awal kerjanya, dan bahkan hingga kini, turut mempengaruhi kepuasan publik terhadap kerja kabinet.
Beberapa menteri, baik yang berasal dari kalangan parpol maupun nonparpol, memang dikenal kerap membuat kontroversi dan kegaduhan di mata publik.
Dalam beberapa kesempatan, Presiden Jokowi meluruskan kontroversi dan kegaduhan yang ditimbulkan oleh menterinya.
Atau bahkan menegur menterinya untuk bersikap hati-hati, meski tidak ada tindakan lebih jauh terhadap menteri yang bersangkutan.
Ketimpangan tingkat kepuasan antara kinerja kabinet dan kinerja Presiden juga setidaknya mencerminkan bahwa para menteri dalam kabinet ternyata tak mampu mengikuti dan menerjemahkan gaya kepemimpinan Jokowi yang ingin serba cepat dan efektif.
Padahal, di awal terbentuknya kabinet, Jokowi telah mengultimatum akan memecat para menteri yang berkinerja buruk.
Lantas, apa masalah utama yang ada dalam kabinet saat ini? Adakah yang perlu dibenahi dari kabinet?
Masalah ini akan dibahas dalam talkshow Satu Meja The Forum, Rabu (19/2/2020), yang disiarkan langsung di Kompas TV mulai pukul 20.00 WIB.
Tulis komentar dengan menyertakan tagar #JernihBerkomentar dan #MelihatHarapan di kolom komentar artikel Kompas.com. Menangkan E-Voucher senilai Jutaan Rupiah dan 1 unit Smartphone.
Syarat & Ketentuan