Itu pun, tegas dia, Puan adalah yang pertama diusulkan sekaligus oleh dua fakultas.
“Biasanya hanya usulan dari satu fakultas,” ujar Yos, Kamis malam di lokasi yang sama.
Dua fakultas di Undip yang mengusulkan gelar doktor kehormatan bagi Puan adalah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP).
Yos mengatakan, proses pemberian gelar di Undip dilakukan sangat cermat di setiap jenjang. Setelah usulan dari fakultas, pengujian kelayakan gelar pun melibatkan para akademisi Undip hingga jenjang Guru Besar.
“Prosesnya panjang. Mohon maaf karenanya jadi lama. (Keputusan) tanpa ada satu pun keberatan. Aklamasi disetujui,” tegas Yos.
Dalam kesempatan itu, Puan menegaskan segala capaiannya hingga hari ini harus dimaknai pula sebagai upaya membuka pintu lebih lebar bagi perempuan untuk berkarya bagi Indonesia.
Baca juga: Ketua DPR Puan Maharani Minta Perilaku Koruptif Dihilangkan dari Hulu
“Saya tidak hanya perempuan pertama yang menjadi Ketua DPR, tetapi juga yang termuda,” sebut dia memberi contoh.
Puan menyatakan, keberadaannya pun mewakili keseluruhan perempuan Indonesia.
Siapa pun, lanjut Puan, bisa berkarya dan menjadi apa saja asal mau berjuang, bekerja keras, dan berusaha.
Puan tak menampik, capaiannya saat ini tak lepas pula dari “karpet merah” dari trah keluarga.
Baca juga: Cerita Puan Maharani dan Muhadjir Effendy tentang Patung Soekarno di Meksiko...
“Iya, betul, ada ‘karpet merah’. Tapi (capaian saya sekarang) bukan berarti itu dilakukan tiba-tiba. (Tetap melewati dan) perlu perjuangan dan semangat, keyakinan, dan kemauan,” ungkap Puan.
Dia pun lalu bertutur bahwa capek dan lelah kadang ingin dia keluhkan. Namun, teguran sang ibunda, Megawati Soekarnoputri, langsung meredamnya.
“Puan, kamu itu sudah lebih enak dari Mama. Dulu mama naik oplet, bus. Kamu naik mobil,” ujar menyebut salah satu komentar Megawati tiap kali gelagat lelah ditampakkan Puan.
Capek, tegas Puan, adalah niscaya. Namun, capaian yang bermakna semestinya tak didapat secara instan.