Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Memprediksi Peluang Menang Empat Calon Ketua Umum PAN...

Kompas.com - 11/02/2020, 13:32 WIB
Dani Prabowo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Empat calon ketua umum Partai Amanat Nasional (PAN) akan memperebutkan kursi orang nomor satu di partai tersebut untuk periode 2020-2025 di Kongres V yang diselenggarakan di Kendari, Sulawesi Tenggara.

Rencananya, pemilihan ketua umum akan dilaksanakan Selasa (11/2/2020) malam.

Pemilihan dilakukan setelah Rapat Pleno V yang akan mengesahkan tata tertib pemilihan ketua umum, ketua formatur, anggota formatur, dan ketua majelis pertimbangan partai (MPP).

Empat kandidat yang akan bertarung itu yakni petahana Zulkifli Hasan, Wakil Ketua Dewan Kehormatan Dradjad Wibowo, serta dua Wakil Ketua Umum Mulfachri Harahap dan Asman Abnur.

Baca juga: Dinamika Kongres V PAN: Ricuh, Dugaan Curang, hingga Jokowi-Amien Rais Tak Hadiri Pembukaan

Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, sekalipun sebelumnya petahana mengklaim telah mengantongi 80 persen dukungan pemilik suara, seluruh kandidat masih memiliki kans untuk terpilih.

"Politik ibarat cuaca, diprediksi hujan di Jakarta karena adanya awan hitam, namun hujannya justru di Depok karena ditiup angin. Jadi, di injury time pun peta politik masih bisa berubah secara ekstrem," kata Pangi kepada Kompas.com, Selasa (11/2/2020).

Hal itu pun pernah terjadi ketika PAN menggelar Kongres IV pada 2015 silam. Saat itu, Hatta Rajasa yang menjadi kandidat petahana mengklaim telah mengantongi mayoritas dukungan dibandingkan rivalnya, Zulkifli Hasan.

“Di atas kertas bisa saja beliau menang, namun politik itu dealnya bisa saja di injury time atau last minute. Buktinya, Hatta Rajasa kalah juga pada akhirnya,” kata dia.

Baca juga: Zulkifli Hasan Buka Kongres V PAN Tanpa Dihadiri Amien Rais

Lantas, sebesar apa kans dari masing-masing calon? Berikut paparannya:

Ketua DPP PAN, Zulkifli HasanKOMPAS.COM/DHIAS SUWANDI Ketua DPP PAN, Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Menurut Pangi, salah satu kendala yang dihadapi petahana dalam pencalonan kali ini adalah ketidakmampuan Zulkifli Hasan mempertahankan posisi PAN sebagai partai papan atas.

Pada Pemilu 2014 lalu, PAN berhasil memperoleh 9.481.621 suara (7,59 persen) dan mendudukkannya sebagai partai yang memperoleh suarat terbesar keenam.

Sedangkan pada Pemilu 2019, meski perolehan suara PAN naik menjadi 9.572.623 suara. Namun, secara persentase turun menjadi 6,84 persen. Tak hanya itu, posisinya juga turun menjadi urutan kedelapan.

Baca juga: Kongres V PAN Memanas, Zulkifli: Istilah Pak Amien Rais seperti SmackDown

Bahkan, PAN harus mengakui kepiawaian Partai Keadilan Sejahtera dan Nasdem dalam menggaet dukungan masyarakat.

"Jumlah perolehan suara PAN dan jumlah kursi selama dia memimpin juga belum terlalu memuaskan, belum ada gebrakan," kata dia.

Hal lainnya yaitu ketidakmampuan Zulkifli dalam membangun kantor DPP yang bersifat permanen.

Bahkan, dibandingkan partai lain yang sama-sama duduk sebagai partai papan menengah, PAN masih kalah dengan PKS dan Partai Kebangkitan Bangsa yang telah memiliki kantor DPP yang permanen.

Baca juga: Kongres V PAN Ricuh Sejak Pendaftaran, Ini Penjelasan Zulkifli Hasan

Selain itu, ia menambahkan, saat ini Zulkifli juga tengah bolak-balik ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk menjalani pemeriksaan terkait kasus alih fungsi hutan di Riau, saat ia masih menjabat sebagai Menteri Kehutanan.

"Yang kita khawatirkan mengganggu citra PAN dan bisa membuatnya nanti tidak fokus membangun dan mengelola PAN supaya bisa menjadi partai papan atas," ujarnya.

Hal itulah yang membuat suara Zulkifli bisa saja tergerus oleh kader yang menginginkan perubahan.

Calon Ketua Umum PAN Mulfachri Harahap di Hotel Claro, Kendari, Selasa (11/2/2020).KOMPAS.com/Haryantipuspasari Calon Ketua Umum PAN Mulfachri Harahap di Hotel Claro, Kendari, Selasa (11/2/2020).

Mulfachri Harahap

Bayang-bayang pendiri PAN, Amien Rais, tidak bisa terlepas dari sosok Mulfachri. Bahkan, di dalam pencalonannya kali ini, ia menggandeng Hanafi Rais, anak Amien Rais, sebagai sekretaris jenderal bila kelak terpilih.

Menurut Pangi, Wakil Ketua Komisi III DPR ini dapat menjadi kuda hitam dalam proses pemilihan ini.

"Kalau untuk regenerasi, dia bagus. Ada penyegaran dan muncul tokoh baru di PAN," ucap Pangi.

"Kemudian, terjadi pertukaran elite secara reguler dan ini sangat sesuai dengan prinsip Pak Amien Rais sebagai tokoh reformasi, di mana kekuasaan tidak boleh bertumpu pada satu kekuatan oligarki, harus tersebar," ujarnya.

Baca juga: Didukung Amien Rais, Mulfachri Harahap Gandeng Hanafi Rais dalam Kongres PAN

Ia menambahkan, pencalonan Mulfachri juga sekaligus menjadi ajang pembuktian bagi Amien Rais, yaitu apakah kepiawaiannya sebagai salah satu pendiri partai masih bertaji di antara anggotanya.

"Tidak pernah calon yang didukung dan mendapat restu Amien Rais kalah. Kalau nanti Mulfachri menang, maka Pak Amien makin sakti di PAN. Tapi kalau kalah, maka kesaktian Amien runtuh sebagai elite," kata dia.

Baca juga: Mulfachri Harahap Anggap Wajar Ada Riak dalam Pemilihan Ketua Umum PAN

Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto bersama Waketum PAN Asman Abnur di Hotel Millennium, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (7/12/2019).KOMPAS.com/ HARYANTI PUSPA SARI Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya Sugiarto bersama Waketum PAN Asman Abnur di Hotel Millennium, Tanah Abang, Jakarta, Sabtu (7/12/2019).

Asman Abnur

Meski tak didukung Amien Rais, menurut Pangi, mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi ini tetap memiliki kans untuk menang.

"Dia sering dikaitkan dengan bayang-bayang Hatta Rajasa, orangnya Hatta," kata Pangi.

Ia menilai, hal itu dapat menjadi modal Asman bila kelak PAN akan berkoalisi dengan Partai Demokrat.

Baca juga: Asman Abnur Yakin jadi Caketum PAN mesti Tak Didukung Amien Rais

Seperti diketahui, Hatta merupakan besan dari Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono.

"Asman saya pikir bukan tidak punya kans. Dari segi logistik, dia tentu sedikit banyak punya,” ujarnya.

Wakil Ketua Umum DPP PAN Drajad Wibowokompas.com/dani prabowo Wakil Ketua Umum DPP PAN Drajad Wibowo

Dradjad Wibowo

Meski menjadi salah satu politisi lama di partai dan pernah menjabat sejumlah posisi strategis di struktur, Pangi menilai Dradjad masih perlu banyak belajar untuk menjabat sebagai ketua umum partai.

Untuk menjabat sebagai ketum parpol, ia mengatakan, ada sejumlah kemampuan dan keterampilan khusus yang harus dimiliki kader. Mulai dari jejaring di akar rumput, lobi dukungan tokoh sentral dan elit parpol, hingga kemampuan membangun citra partai.

"Tidak semua kader mumpuni soal jabatan ini," ujarnya.

Baca juga: Jadi Bakal Calon Ketum, Dradjad Wibowo Ingin PAN Tetap Oposisi

Ia menilai, pencalonan Dradjad kali ini hanya sekedar untuk meramaikan pertarungan semata.

"Dia (berpartisipasi) tidak untuk memenangkan, namun beliau sepertinya ditugaskan khusus untuk agenda lain sehingga bisa memenangkan calon lain," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Hakim MK Diminta Selamatkan Konstitusi lewat Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
MK Bakal Unggah Dokumen 'Amicus Curiae' agar Bisa Diakses Publik

MK Bakal Unggah Dokumen "Amicus Curiae" agar Bisa Diakses Publik

Nasional
PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

PSI Punya 180 Anggota DPRD, Kaesang: Modal Baik untuk Pilkada

Nasional
Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Polri Sebut 8 Teroris yang Ditangkap di Sulteng Pernah Latihan Paramiliter di Poso

Nasional
MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

MK Kirim Surat Panggilan untuk Hadiri Pembacaan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Putusan MK Soal Sengketa Pilpres 2024 Dinilai Bakal Tunjukan Apakah Indonesia Masih Negara Hukum

Nasional
Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Daftar Aset Mewah Harvey Moeis yang Disita Kejagung dalam Kasus Dugaan Korupsi Timah

Nasional
Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Hanya Pihak Berkepentingan yang Boleh Hadir di Sidang Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Soal Maju Kembali di Pilkada Jateng, Sudirman Said: Kan Sudah Pernah

Nasional
FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

FPI, PA 212, dan GNPF Ulama Dukung Hakim MK Bikin Putusan yang Seadil-adilnya

Nasional
Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Bantah Putusan Bocor, MK: Rapat Hakim Masih sampai Minggu

Nasional
Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Jaga Independensi, MK Sembunyikan Karangan Bunga yang Sindir Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Busyro Muqqodas Harap Putusan MK Soal Sengketa Pilpres Berpihak pada Etika Kenegaraan

Nasional
Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Kemenlu: Indonesia Sesalkan DK PBB Gagal Sahkan Resolusi Keanggotaan Penuh Palestina

Nasional
Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Yusril Prediksi MK Tak Diskualifikasi Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com