JAKARTA, KOMPAS.com – Sepi dan terisolasi. Begitulah kira-kira pemandangan yang terlihat di sekitar kawasan Huazhong University of Science and Technology (HUST) di Subdistrik Guanshan, Distrik Hongshan, Kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Pasca-diberlakukannya status tertutup atau lockdown oleh Pemerintah China imbas penyebaran Novel Coronavirus (n-2019CoV) pada 23 Januari lalu, Wuhan tak bisa diakses oleh siapa pun.
Mahasiswa maupun masyarakat yang ada di dalam kota tersebut diisolasi, tak boleh keluar masuk.
Baca juga: WNI di Wuhan Khawatir, Seorang Mahasiswa di Apartemennya Diduga Kena Virus Corona
Otoritas China menyatakan, hingga kini sudah 132 orang meninggal akibat virus ini. Seluruh korban jiwa berasal dari China.
Selain itu, ada 6.056 kasus yang dikonfirmasi di seluruh negeri, dan lebih dari 70 kasus yang dikonfirmasi di luar China, termasuk AS, Australia, Perancis, dan Jerman.
Ketua Ranting Persatuan Pelajar Indonesia Tiongkok (PPIT) HUST, Khoirul Umam Hasbiy menyebut, ada 12 warga negara Indonesia (WNI) yang mengenyam pendidikan di kampus itu.
Baca juga: Bukan Minta WNI Dievakuasi, KBRI di China Justru Minta Dikirimkan Ribuan Masker
Saat ini, mereka tengah dilanda kekhawatiran menyusul adanya seorang mahasiswa asing yang tinggal di apartemen yang sama, diduga terjangkit virus tersebut.
“Mahasiswa Pakistan di kampus saya sudah ada yang suspect,” kata Khoirul saat memberikan informasi di dalam grup percakapan Whatsapp, Rabu (29/1/2020).
Ia menyatakan, mahasiswa di kampusnya mulai pasrah. Pasalnya, hingga kini belum ada tanda-tanda dari Pemerintah Indonesia akan mengevakuasi mereka.
Pihak kampus telah memberikan ‘lampu hijau’ jika ada mahasiswa asing yang ingin meninggalkan Wuhan. Sepanjang, ada komunikasi yang dibangun antara Kedutaan Besar Indonesia di Beijing dengan Kementerian Luar Negeri China atau otoritas Wuhan secara legal melalui jalur diplomasi.
“(Kami berharap ada) evacuation plan, meski pun itu percuma dengan kondisi yang ada. Tapi, at least ada harapan bagi kami untuk keluar dari Wuhan,” ujarnya.
Bantuan uang bukan solusi
Untuk bertahan hidup, ia menambahkan, KBRI telah memberikan bantuan sebesar 280 Renminbi atau sekitar Rp 560.000 per mahasiswa pada Selasa (29/1/2020). Bantuan itu disebut untuk memenuhi kebutuhan hidup mahasiswa selama seminggu.
Namun, Khoirul menyatakan, persoalannya tidak bisa selesai di sana.
Baca juga: WNI di Wuhan Belum Dievakuasi, Istana: Mereka Tak Boleh Keluar
Saat ini, kantin kampus yang biasa menjadi andalan mahasiswa untuk mendapatkan makanan masih tutup.