"Karena jasanya dengan surat keputusan tertanggal 1 Februari 1623 Gubernur memberi hadiah dua bidang kebun kelapa kepada Souw Beng Kong. Di atas kebun kelapa tersebut dibangun rumah-rumah batu yang biayanya ditanggung VOC, penjagaan siang-malam oleh tentara VOC, juga diberikan demi keamanan Souw Beng Kong dan keluarganya," ungkap Benny.
Benny menyebut, dalam catatan "kalapaci" dinyatakan bahwa orang-orang dari Tiongkok Selatan tidak suka berhubungan dengan pemerintah Belanda di Batavia.
Musababnya adalah kapal-kapal Tiongkok yang akan kembali ke negaranya kerap dirampas armada Belanda di perairan Nusantara.
Hasil rampasannya di angkut ke Batavia. Begitu juga awak kapal yang dijebloskan ke penjara guna dijual ke hartawan Tionghoa.
Menyadari kejadian tersebut akan menyurutkan hubungan dengan Souw Beng Kong, pihak Belanda kemudian memberikan izin Souw Beng Kong bersama Gouw Cay diberi izin untuk membuat mata uang sendiri.
Bahannya terbuat dari timah yang dibeli dari VOC tanpa dikenakan pajak.
Baca juga: Siauw Giok Tjhan, Penggemar Cerita Detektif yang Ajak Pemuda Tionghoa Dukung Kemerdekaan RI
Setelah berhasil memenangi konflik antara Sultan Agung, tentara Banten, dan Inggris pada 1628 hingga 1629, Belanda mengeluarkan aturan ketat.
Di mana setiap warga dilarang bepergian tanpa surat izin dari Pemerintah Hindia Belanda. Aturan tersebut tak disambut senang Souw Beng Kong. Ia pun mengajukan permohonan untuk kembali ke Tiongkok.
Pada 14 Maret 1639, Souw Beng Kong kembali ke Batavia setelah sebelumnya tinggal di Taiwan. Sekembalinya ke Batavia, ternyata Souw Beng Kong masih mendapat tempat.
Pemerintah Hindia Belanda kemudian membuat Balai Harta untuk mengurus dan melindungi harta warisan yang ditinggal mati oleh para hartawan Tionghoa yang tidak mempunyai ahli waris lagi.
Souw Beng Kong pun mendapat kepercayaan dan diangkat menjadi kepalanya.
Bersama Lim Lak, Souw Beng Kong mengajukan resolusi agar pemerintah menaruh perhatian serius kepada kampung orang Tionghoa, yang untuk menjaga kesehatan, harus segera diperbaiki.
Baca juga: Mengenal Souw Beng Kong, Pemimpin Pertama Etnis Tionghoa di Batavia
Tuntutan kedua orang ini dipenuhi pemerintah Belanda. Usia Souw Beng Kong yang semakin uzur, kemudian posisinya diganti Lim Lak pada 21 Juli 1636.
Pada 8 April 1644, menjadi duka bagi masyarakat Batavia. Souw Beng Kong meninggal. Seluruh masyarakat Tionghoa berkabung, demikian juga Pemerintah Hindia Belanda.
Ribuan orang turut mengantarkan jenazah ke pemakaman. Bahkan Pemerintah Hindia Belanda memberikan penghormatan secara militer.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.