Tjong A Fie menaruh simpati kepada mereka, karena kebanyakan orang-orang Tionghoa itu dipenjara karena menjadi anggota sebuah organisasi rahasia.
Di perantauan, ia pun tumbuh menjadi sosok pemuda yang tangguh dan teladan. Watak kepemimpinannya sangat menonjol.
Baca juga: Menelusuri Jejak Etnis Tionghoa di Kalimantan Timur, Berawal dari Menjahit Layar
Tjong A Fie kemudian sering jadi penengah jika ada perselisihan antara orang Tionghoa dengan pihak lain.
Biasanya, perselisihan terjadi di kalangan buruh perkebunan perusahaan Belanda.
Buruh-buruh di perkebunan banyak juga berasal dari provinsi Kwantung dan Hokkien, Tiongkok, yang kadang sangat merepotkan pihak Belanda.
Tjong A Fie menjadi kepala kaum Tionghoa
Karena kemampuannya itu, Tjong A Fie sering diminta pihak perkebunan dan pejabat Belanda untuk membantu mengatasi masalah.
Hingga akhirnya masyarakat Tionghoa meminta penguasa Belanda mengangkatnya sebagai wijkmeester atau kepala kaum bagi orang-orang Tionghoa.
Baca juga: Kisah Rumah Tua Pondok Cina, Jejak Etnis Tionghoa di Depok
Permintaan itu dikabulkan. Tjong A Fie diangkat menjadi Lieutenant Tionghoa dan ia kemudian pindah ke Kota Medan.
Dalam waktu singkat, ia kemudian naik pangkat menjadi kapitein atau kapten.
Tjong A Fie dan kebesarannya
Di Medan, Tjong A Fie membangun jaringan yang luas. Ia dikenal sebagai pedagang yang luwes dan dermawan.
Ia membina hubungan baik dengan Sultan Deli Makmoen Al Rasjid Perkasa Alamsjah dan Tunku Raja Moeda.
Tjong A Fie berhasil menjadi orang kepercayaan Sultan Deli dan mulai menangani urusan bisnis.
Baca juga: Asal-usul Jalan Perniagaan, Perkampungan Masyarakat Keturunan Tionghoa di Jakarta
Mulai dari situ, Tjong A Fie mulai mengembangkan usahanya di berbagai bidang, setelah meraih banyak uang dari monopoli penjualan candu.