Menurut dia jumlah korban tidak mencapai jumlah 1.000 orang.
Berapa jumlah korban di pihak Inggris pun tak diberitakan.
Baca juga: Mengenal Souw Beng Kong, Pemimpin Pertama Etnis Tionghoa di Batavia
Meski demikian, pidato tokoh Tionghoa tentang kekejaman militer Inggris terhadap rakyat Surabaya dijawab oleh radio Chungking yang menganjurkan pemuda keturunan Tionghoa turut bertempur di samping rakyat Indonesia melawan keganasan Inggris.
Siaran RRI di Jakarta pada 13 November 1945 mengabarkan orang-orang keturunan Tionghoa turut bertempur melawan tentara Inggris di Surabaya.
Adapun radio pemberontak Surabaya mewartakan pemboman yang membabi buta oleh Inggris mengakibatkan banyak korban di kalangan penduduk terutama keturunan Tionghoa.
Baca juga: Bukan Asli Betawi, Lu, Gue, dan Cincong Ternyata Terpengaruh Kultur Tionghoa
Selain itu masih ada lagi peristiwa pada 18 November 1945, kantor Palang Merah Tionghoa ditembaki sekutu yang mengakibatkan satu pengurus tewas.
Akibat agresi militer di Surabaya tersebut diperkirakan 1.000 penduduk Tionghoa tewas dan 5.000 lain luka-luka.
Pertempuran terkahir Indonesia dengan Inggris terjadi pada 28 November 1945.
Adapun jumlah korban dari masyarakat Surabaya mencapai 20.000 orang dan korban di pihak sekutu (Inggris) mencapai 1.500 orang.
Baca juga: Peran Pers Tionghoa dalam Pergerakan Kemerdekaan RI
Catatan resmi pihak Inggris dalam "Kronik Revolusi Indonesia" karya Pramoedya Ananta Toer mengklaim jumlah korban penduduk Indonesia di Surabaya mencapai 6.315 jiwa.
Pertempuran Surabaya adalah pertempuran terkahir yang dihadapi militer Inggris semasa perang dunia II.
Inggris kehilangan dua jenderal dalam pertempuran tersebut yakni Brigadier General Aubertin Walther Sothern (AWS) Mallaby dan Brigadier General Robert Guy Loder Symonds.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.