Sumarsih meraba seluruh tubuh anak lelakinya itu. Ada sebuah lubang di kausnya. Seperti lubang sundutan rokok. Di sekeliling lubang itu tampak warna cokelat kemerahan.
Sumarsih membuka kaus Wawan. Di dada sebelah kiri, tampak sebuah lubang terbakar dengan warna kecokelatan.
"Wan, kamu lapar..., oh, Wan, kamu ditembak," ujar Sumarsih mengenang peristiwa itu.
Peluru tajam di tubuh Wawan
Sumarsih mengiyakan ketika jenazah Wawan diminta untuk diotopsi. Wawan diotopsi di RSCM oleh dr. Budi Sampurno.
Sambil menunjukkan plastik kecil, dr. Budi memberikan keterangan hasil otopsi.
"Wawan ditembak peluru tajam. Baru kali ini saya melihat jenis peluru seperti ini," kata Sumarsih mengulang keterangan dr. Budi.
Baca juga: Telepon Terakhir Wawan dan Peluru Tajam di Atma Jaya...
Sumarsih mengatakan plastik berisi peluru itu sempat disodorkan kepada dirinya. Namun, ia menolak memegangnya.
"Enggak Dok, itu kan yang membunuh anak saya," ujarnya.
Sumarsih hanya berpesan kepada dr. Budi agar menyampaikan keterangan sejujur-jujurnya kepada pihak lain jika diminta.
"Saya mohon agar dokter juga memberikan keterangan yang sama apabila nanti diperlukan," kata Sumarsih.
Kesaksian mereka tentang Wawan...
Pada peringatan 40 hari wafatnya Wawan, Sumarsih mengundang seorang senior TRuK Ita F Nadia untuk memberikan kesaksian.
Menurut Sumarsih, Ita mengatakan memiliki hubungan yang dekat dengan Wawan. Ita, kata Sumarsih, menyebut anak lelakinya itu berhati lembut dan berjiwa penolong.
Menurut cerita, sebelum ditembak, Wawan bersama enam orang temannya mengangkat dan menyemprotkan air hidran di depan kampus Atma Jaya untuk menetralisasi gas air mata.