Selamat jalan anakku Wawan...
Sabtu pagi, 14 November 1998, Wawan diberangkatkan ke Gereja Maria Kusuma Karmel untuk disemayamkan.
Sumarsih mengatakan, sepanjang jalan dari rumah menuju gereja, banyak orang berada di pinggir jalan memberikan penghormatan kepada Wawan.
"Saya terkejut karena mobil begitu banyak, di lapangan parkir gereja tidak menampungnya. Gereja sudah dipenuhi oleh ribuan orang, tidak hanya beragama Katolik saja, tetapi banyak Ibu-ibu berjilbab dan bapak-bapak bersongkok putih. Tempat duduk di gereja penuh, banyak umat yang berdiri, dan ada pula yang duduk di lantai gereja," kenangnya.
Baca juga: Tak Mampu Selesaikan Tragedi Semanggi, Jaksa Agung Dianggap Cari Jalan Tengah
Bunga ucapan dukacita berjajar di depan gereja.
Peti Wawan dipanggul oleh kawan-kawannya dengan dikawal berbagai bendera elemen pergerakan serta diiringi koor yang menurut Sumarsih membuat suasana jadi kian haru.
"Gereja dihiasi dengan bunga yang sangat indah. Prosesi Misa Requiem dan arak-arakan para misdinar bersama 10 orang pastor dengan pakaian jubah merah bagaikan para malaikat yang datang menyambut Wawan, karena Tuhan Yesus Kristus berkenan menerima persembahan Wawan dalam peziarahannya di dunia," kata Sumarsih.
Jalan panjang yang gelap...
Wawan dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Joglo. Ketika acara pemakaman selesai, Sumarsih merasa seperti ada di sebuah lorong gelap tak berujung.
"Saya mulai terbayang masa depan yang suram dan menakutkan," kata Sumarsih.
Ia mengatakan dirinya jadi berubah. Sumarsih bercerita ia tak bisa meninggalkan ruang tamu tempat Wawan diistirahatkan.
Sumarsih terus menanti perkembangan berita mengenai penembakan Wawan sambil terus berdoa.
Berbagai upaya dilakukan Sumarsih demi mengungkap kebenaran dan keadilan hingga bertahun-tahun kemudian.
Sejumlah surat telah ia kirimkan kepada pemerintah hingga ikut serta dalam aksi-aksi peringatan Tragedi Semanggi.
Namun, kebenaran dan keadilan yang ia tuntut rasa-rasanya masih tak tergapai. Belum ada cahaya di lorong gelap yang ia lalui.
"Sampai sekarang masih jauh dari depan mata saya...," kata Sumarsih.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.