Dengan perkembangan zaman dan berbagai tantangannya saat ini, pemikiran dan pendekatan anak muda yang segar akan membawa napas baru dalam strategi dan langkah politik kepartaian.
Pemikiran-pemikiran kritis generasi muda bisa dikonversi menjadi mesin yang membangun bagi parpol. Wajah baru dengan rekam jejak yang segar tentu memiliki daya tarik yang berbeda dengan sosok-sosok senior dengan segala legendanya.
Dalam konteks kalkulasi yang realistis, regenerasi dalam parpol juga merupakan investasi jangka panjang. Data Pemilu 2019 yang menunjukkan besarnya angka pemilih pemula, secara tidak langsung memastikan bahwa Pemilu 2024 mendatang juga masih menjadi ajang bagi politisi-politisi muda.
Pengawakan dan kepemimpinan generasi muda dalam parpol bisa menjadi tindakan preventif terhadap tokoh-tokoh muda populer “kutu loncat” yang marak muncul akibat kaderisasi instan pada tahun-tahun politik.
Tanggung jawab dan kesempatan berkarya membangun partai bisa menjadi jalan untuk memupuk rasa kepemilikan kader-kader muda populer terhadap parpol dari mana ia berasal.
Secara keseluruhan, pengawakan dan regenerasi kepemimpinan parpol kepada generasi muda bisa menjadi strategi kunci dalam konstelasi politik masa depan.
Baca juga: Jokowi ke Stafsus Milenial: Kamu Genuine, Tak Ada Conflict of Interest
Anak muda bisa menjadi aset bagi parpol bukan hanya untuk menjaga soliditas dalam demokrasi saat ini melainkan juga untuk memenangkan kontestasi di masa depan.
Kembali ke konteks hari ini, melihat sebagian besar parpol papan atas memilih melanjutkan status quo kepemimpinan senior, yang seharusnya mengambil momentum untuk menjadikan generasi muda sebagai aset kunci adalah parpol-parpol yang saat ini belum menentukan struktur kepartaian baru; utamanya parpol yang memiliki tokoh-tokoh muda yang bersinar.
Setidaknya ada PAN dengan Bima Arya dan Hanafi Rais, ada Gerindra dengan Sandiaga Uno, serta Partai Demokrat dengan Agus Harimurti Yudhoyono.
Partai-partai ini bisa mengimplementasikan strategi pengawakan anak muda dan regenerasi kepemimpinan secara maksimal, sebagai bekal menghadapi kompetisi politik di depan.
Sebagai contoh, Hanafi Rais dan Bima Arya dari PAN. Melihat kiprah politik mereka di legislatif dan eksekutif, Hanafi dan Bima bisa menjadi pilihan regenerasi kepemimpinan PAN. Jika mereka bisa menghindari cekcok kompetisi meraih kursi ketua umum, kolaborasi keduanya bisa membawa wajah baru yang transformatif bagi PAN.
Baca juga: Formasi DPP Golkar ala Airlangga: Unsur Milenial, 11 Waketum, hingga Tanpa JK
Begitu juga dengan Sandiaga Uno di Gerindra. Meski loyalitas dan perannya dalam organisasi Gerinda masih harus dipertanyakan, potensi gagasan dan pemikirannya perlu dijadikan aset bagi Gerindra.
Jika Sandi selama ini menjadi “wajah milenial” Gerindra, Gerindra ke depan seharusnya juga menggunakan Sandi dan segala potensinya untuk berperan dalam langkah-langkah strategis pembangunan organisasi Gerindra.
Terakhir, yang cukup berbeda juga ada Agus Harimurti Yudhoyono di Demokrat. Pasca-Pilkada 2017, AHY tidak lagi menjadikan Partai Demokrat sebagai alat untuk mengusungnya pada peran-peran formal politik tertentu.
AHY justru fokus memfungsikan dirinya mengurus dan mengkonsolidasikan partai. Ia bahkan menjadi penanggung jawab pemenangan Pemilu Legislatif 2019 bagi Partai Demokrat.
Dengan dedikasinya selama terjun ke dunia politik serta potensi yang ia miliki, AHY merupakan aset Partai Demokrat yang jarang ditemukan di parpol lainnya. Jika Demokrat bisa melihat momentum ini, AHY seharusnya bisa menjadi figur sentral regenerasi kepemimpinan Demokrat ke depan.
Baca juga: Tantangan Indonesia 5 Tahun ke Depan di Mata Staf Khusus Milenial
Namun, di balik semua itu, proses menempatkan anak muda dalam partai politik memang tidak semudah membalik telapak tangan. Ini bukan hanya masalah mencari momentum dan strategi melainkan juga kalkulasi dan pengendalian emosi.
Ini juga soal kebesaran hati dan kedewasaan pemikiran para politisi senior untuk mengetahui momentum bagi dirinya sendiri. Yaitu, memutuskan kapan harus lanjut berjuang atau berhenti dan mendorong dari belakang; sebagai usaha untuk menjawab tantangan zaman.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.