Setibanya di sana, baru keesokan pagi ia bisa menemukan Wawan dalam suasana sekitar yang begitu genting.
Beberapa kali suara peluru terdengar. Dalam perjalanan menuju ke sana, ia sempat melihat aparat bersenjata yang menyerang demonstran.
Pemandangan itu membenarkan cerita Wawan saat meneleponnya, "di sekitar Semanggi seperti perang".
Hingga akhirnya, Wawan ditemukan dan ia melihat Wawan sudah dibaringkan di keranda, di ruang jenazah basement Rumah Sakit Jakarta.
Wawan harus diotopsi, jenazahnya dibawa ke RSCM. Dalam perjalanan ke sana, ambulans kena tembak di bagian bawah dekat roda belakang sebelah kanan.
Dari suaranya, itu bukan peluru karet. Setelah diotopsi, jenazah Wawan disemayamkan di Rumah Sakit St Carolus hingga dibawa pulang ke kediaman di daerah Meruya, Jakarta Barat.
Saat Wawan tengah disemayamkan, Arief dibuat sedikit berang ketika dimintai tanggapan oleh wartawan terkait pernyataan panglima ABRI yang saat itu dijabat Wiranto.
Baca juga: PPP Usulkan DPR Bentuk Pansus Tragedi Semanggi untuk Buka Hasil Paripurna 2001
Wiranto mengatakan, aparat bersenjata baik TNI maupun polisi yang bertugas di sekitar Semanggi tidak dipersenjatai peluru tajam.
Bahkan, menurut Wiranto, peluru yang mengenai para korban bukan peluru standar ABRI.
"Lalu, peluru yang mengenai korban hingga tewas itu punya siapa? Punya pemulung? Yah, dia ingin menghindar, cuci tangan, ingin lari dari tanggung jawab," ujar Arief saat itu menanggapinya.
Hingga saat ini, keluarga Wawan terus menuntut keadilan atas peristiwa tersebut.
Tragedi Semanggi I telah menewaskan 17 orang, termasuk tiga orang anggota Pam Swakarsa dan enam orang di antaranya adalah mahasiswa, termasuk Wawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.