Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari-hari Terakhir Yun Hap, Mahasiswa UI Korban Tragedi Semanggi II

Kompas.com - 20/01/2020, 06:41 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pada Jumat (24/9/1999) malam, pukul 20.00 WIB, Yun Hap tengah asyik melahap roti di tengah jalur hijau dekat jalan masuk RS Jakarta, Jakarta.

Saat itu, Yun Hap bersama beberapa temannya tengah bersiap untuk kembali ke kampusnya, Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat.

Namun, tiba-tiba rombongan truk tentara melaju kencang dari arah Jalan Thamrin.

Tak berselang lama setelah parade truk tentara terlihat, rentetan peluru tajam dimuntahkan dengan arah membabi-buta.

Orang-orang berlari, berhamburan menyelamatkan diri. Dari rentetan tembakan itu, ternyata salah satu peluru tersebut mengenai Yun Hap.

Peluru bersarang di rahang kiri Yun Hap. Dia pun tewas.

Baca juga: Adian Sakit Hati Tragedi Semanggi Disebut Bukan Pelanggaran HAM Berat

Yup Hap meninggal ketika bergabung dalam gelombang demontrasi menentang Rancangan Undang-Undang (RUU) Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) yang dibahas pemerintah dan DPR.

Salah seorang teman Yun Hap, Adi, baru mengetahui tembakan membabi-buta itu telah menewaskan sahabatnya setelah truk yang mengangkut tentara berlahan menjauh pergi.

"Saya tahu setelah saya cari tidak ada. Dan setelah saya datang ke kamar mayat, baru saya tahu kalau itu teman saya," kata Adi, mengutip pemberitaan Harian Kompas, 25 September 1999.

Pertemuan terakhir sang bunda

Beberapa hari sebelum gelombang demontrasi berlangsung, Yun Hap telah berencana bergabung bersama barisan demonstran untuk menolak aturan yang dianggap membahayakan itu. 

Rencana tersebut bahkan disampaikannya kepada ibunya, Ho Kim Ngo.

Sang ibu sempat mengingatkan Yun Hap untuk tak turun ke jalan.

"Hap, jangan ikut. Tahun ini ciong siau ular," tulis Ho Kim Ngo dalam buku "Saatnya Korban Bicara: Menata Derap Merajut Langkah".

Ho Kim Ngo mengingatkan Yun Hup dengan mengaitkan tradisi China bahwa itu sebagai pertanda tidak bagus.

Namun, saran sang ibunda tak membuat Yun Hap menarik niatnya turun ke jalan.

Pada 23 September 1999, rencana Yun Hap pun terlaksana. Dia bergabung menolak RUU PKB.

Malamnya, pukul 22.00 WIB, Yun Hap memberitahu Ho Kim Ngo bahwa dirinya tidak pulang ke rumah.

Paginya, Yun Hap pulang dan sampai ke rumah pukul 09.00 WIB. Tak ada orang yang ditemuinya saat itu, rumahnya kosong.

Ayahnya, Yap Pit Sing, tengah bekerja dan adiknya, Yun Yie berangkat kuliah.

Tak berselang lama, Ho Kim Ngo tiba di rumah setelah mencari sayuran di pasar. Tidak lama kemudian, Liana, adik Yun Hap lainnya menyusul pulang dari sekolah.

Ketika bertemu Ho Kim Ngo, Yun Hap pun memberi tahu bahwa dia lapar. Kemudian, Yun Hap makan sayuran yang dimasak Ho Kim Ngo.

Baca juga: Polemik Tragedi Semanggi I dan II, Ini Definisi Pelanggaran HAM Berat

Setelah makan, sekitar pukul 11.00 WIB, Yun Hap menyetel TV dan melihat laporan berita terkait demonstrasi pada 23 September 1999.

Dalam laporan pemberitaan itu terjadi korban luka dan meninggal dalam demonstrasi yang juga diikuti Yun Hap.

Ho Kim Ngo yang juga sama-sama mendengar laporan berita itu pun mengingatkan Yun Hap agar lagi turun ke jalan.

"Hap, kamu jangan ikut demo lagi, itu lihat ada yang meninggal dan banyak yang terluka,"  Ho Kim Nkatago.

Seperti sebelumnya, Yun Hap tetap pergi dan bergabung dalam demontrasi.

Benar saja, sekitar pukul 12.00 WIB, dengan membawa tas, Ho Kim Ngo menanyakan niatan Yun Hap, "Hap, kamu mau ke mana?" Yun Hap menjawab, "Mau ke kampus."

Ternyata, suara tersebut menjadi kali terakhir bagi keduanya berinteraksi. Saat meninggalkan rumah, hanya Ho Kim Ngo dan Liana yang mengantarnya. 

Keduanya sama-sama bertemu untuk kali terakhir dengan Yun Hap. 

Jenazah mahasiswa UI Yun Hap yang tertembak Jumat lalu dimakamkan di TPU Pondokrangon, Jakarta Timur, Minggu (26/9). Ia tewas dalam aksi demo menentang RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.KOMPAS/JOHNNY TG Jenazah mahasiswa UI Yun Hap yang tertembak Jumat lalu dimakamkan di TPU Pondokrangon, Jakarta Timur, Minggu (26/9). Ia tewas dalam aksi demo menentang RUU Penanggulangan Keadaan Bahaya (PKB) di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

Sekitar pukul 21.00 WIB, keluarga Yun Hap menyaksikan laporan peristiwa demontrasi dari layar TV dan Yun Hap belum juga pulang.

Laporan tersebut menyebutkan, terjadi kekacauan setelah aparat melepaskan peluru ke massa demo.

Yap Pit Sing berdalih, sang putra tak kunjung pulang mungkin karena situasi sedang kacau, kemudian TV mereka matikan.

"Belakangan kami tahu tahu bahwa di akhir tayangan itu ada berita tentang Yun dan fotonya. Tantenya bilang, 'Namanya tidak jelas dan Yun Hap dilumuri darah'," tulis Ho Kim Ngo.

Belum ada informasi dan kepastian keberadan Yun Hap itu membuat keluarganya panik dan tidak bisa tidur.

Tengah malam, tiba-tiba telepon berdering. Yap Pit Sing bergegas mengangkatnya.

Ternyata, telepon itu datang dari seorang sahabat Yun Hap. Seseorang melalui telepon itu meminta alamat rumah Yun Hap.

Baca juga: Mengenang Yun Hap, Mahasiswa UI Korban Tragedi Semanggi II

 

Mereka juga memberitahu bahwa Yun Hap ada di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).

"Tidak lama kemudian, teman-teman Yun Hap dan Pak Dadan (dosen Universitas Trisakti) sampai ke rumah. Bapaknya langsung emosional," kata Ho Kim Ngo.

Yap Pit Sing sudah berkeyakinan ketika teman-temannya tiba di rumah bahwa putranya telah meninggal. Mereka pun langsung beranjak ke RSCM.

Setelah keluarga memastikan Yun Hap tewas, jenazah disemayamkan di Balai Mahasiswa Kampus UI Salemba, Sabtu (25/9/1999).

Kemudian, jenazah dibawa keluarga dan disemayamkan di Yayasan Rumah Duka Abadi, Daan Mogot, Jakarta Barat, sebelum dimakamkan di Pemakaman Pondok Rangon, Minggu (26/9/1999).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Politikus PPP Sebut Ada Kemungkinan Parpolnya Gabung Koalisi Prabowo-Gibran

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com