Sin Po juga dikenal sebagai media yang mendukung kaum revolusioner Tiongkok.
Wartawan terkemuka Kwee Kek Beng merupakan pemimpin redaksi Sin Po sejak 1925 hingga 1947.
Meski demikian, sikap politik yang dimiliki Sin Po sempat membuat koran itu terlibat polemik dengan media yang sudah ada di Tanah Air.
Mereka dianggap tak berkontribusi terhadap pergerakan nasional.
Namun, sudah banyak yang mengakui kedekatan Sin Po dengan para pimpinan pergerakan nasional.
Selain itu, mereka juga aktif terlibat dalam pergerakan kebangsaan.
Baca juga: Kisah John Lie, Perwira TNI Keturunan Tionghoa yang Kerap Lolos dari Kepungan Belanda
Sayangnya, nasib Sin Po harus berakhir saat era Orde Baru akan lahir. Sin Po dianggap simpatisan Partai Komunis Indonesia dan terlibat Gerakan 30 September 1965.
Saat itu, Sin Po telah mengubah namanya menjadi Warta Bhakti pada tahun 1960-an karena terdapat aturan pemerintah.
Sebelum menjadi Warta Bhakti, Sin Po sempat mengubah namanya menjadi Pantjawarta pada Oktober 1958.
Koran tersebut kemudian dilarang terbit sejak 1 Oktober 1965.
Kekerasan yang terjadi pasca-G30S 1965 itu tidak hanya mematikan eksistensi Sin Po tetapi juga peranannya dalam pergerakan kebangsaan.
Alhasil, Sin Po pun menghilang dari catatan sejarah.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.