“Sebaliknya, kalangan atas tidak lagi memikirkan bertahan hidup, tetapi bagaimana menjadikan status keluarganya tetap di atas dan semakin meningkat untuk anak cucunya,” kata Yusuf.
Ia pun menyebut kondisi itu terkait dengan kesenjangan ekonomi yang tetap ada dari dulu hingga sekarang.
Baca juga: Petani Rejosari Madiun Antusias Ikut Pelatihan dari Dompet Dhuafa dan LKP
“Jika diperhatikan, orang-orang kapitalis di atas adalah kalangan-kalangan mereka sendiri”, ujar Yusuf sambil menunjukkan daftar orang-orang kaya di Indonesia.
Faktanya, orang-orang terkaya di Indonesia saat ini adalah orang atau bagian dari keluarga terkaya pada masa sebelumnya.
“Mereka semua ini saling berkaitan. Kelak anak-anaknya juga tentu akan saling terkoneksi di antara mereka,” kata Yusuf.
Menurut dia jika ingin naik ke kelas atas, maka harus mampu menjangkau orang yang di atas, misalnya memiliki jalur perkenalan, bekerja sama, atau pernikahan.
Pada kesempatan itu, IDEAS mencoba melakukan simulasi kenaikan garis kemiskinan dua kali lipat untuk memastikan kelompok miskin benar-benar sejahtera.
Hasilnya, terlihat jelas bahwa memang sangat sulit bagi kelompok miskin untuk naik ke kelas yang lebih tinggi.
Dengan standar kemiskinan lebih tinggi, dari 2.120 anak yang besar di keluarga miskin pada 1993, hanya 57,8 persen yang mampu naik ke kelas yang lebih tinggi pada 2014, dan 42,2 persen sisanya tetap miskin.
Tak hanya itu, dengan standar kemiskinan lebih tinggi, dari 1.612 anak yang besar di keluarga tidak miskin pada 1993, sebanyak 80,7 persen mampu bertahan sebagai kelas menengah pada 2014.
Baca juga: Dompet Dhuafa Sambut 2020 dengan Semangat #BeraniBerbagi
Menurut Yusuf, keadaan itu tidak lepas dari pengaruh politik di mana kekuatan kapital mendominasi sistem politik pascakrisis.
“Butuh reformasi ekonomi yang kuat untuk mencegah negara plutokrasi yang kekuasaan sepenuhnya dikendalikan pemilik kapital”, kata dia.
Oligarki ekonomi, imbuh Yusuf mampu mengubah peta dukungan suara karena motivasi keamanan dan mempertahankan kekayaan menjadi faktor terpenting bagi para elit kapital dan politik.
Sementara itu, turut hadir menjadi narasumber pada diskusi ini, di antaranya aktivis sosial, aktivis masyarakat, dan ekonom.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.