Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menangis, Romahurmuziy Baca Puisi untuk Istri dan Anak di Sidang Pledoi

Kompas.com - 13/01/2020, 19:04 WIB
Dylan Aprialdo Rachman,
Krisiandi

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Umum PPP Romahurmuziy alias Romy mengakhiri nota pembelaannya dengan membacakan dua puisi yang ditujukan untuk istri dan anaknya.

Menurut Romy, selama ia ditahan KPK, istri dan anaknya merupakan sosok yang paling menderita secara batin.

Sebab, mereka harus berhadapan dengan cibiran dari lingkungan sekitar yang menjatuhkan mental mereka karena ia terjerat dugaan korupsi.

Dua puisi itu dibacakan Romy selaku terdakwa kasus dugaan suap terkait seleksi jabatan di Kementerian Agama (Kemenag) Jawa Timur.

Baca juga: Romahurmuziy Bersikukuh Tak Terima Suap dari Haris dan Muafaq

"Karenanya izinkan saya menutup pleidoi dengan puisi untuk mereka. Saya memohon yang mulia untuk membebaskan saya dari segala tuduhan, memulihkan seluruh martabat dan kehormatan saya, serta mengembalikan saya kepada anak dan istri saya yang sampai hari ini tetap saya larang untuk hadir di majelis ini," kata dia di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin (13/1/2020).

Puisi pertama yang dibacakan Romy berjudul "Khadijahku". Puisi itu dibacakan untuk istrinya. Romy terdengar terbata-bata saat membacakan puisi pertama. Berikut adalah puisi pertama yang dibacakan Romy:

Khadijahku

Engkaulah hidupku

Yang menemani pasang dan mendampingi surutku

Yang menopang gentar dan menyangga beraniku

Di tiap malam Minggu bertahun-tahun lalu

Aku setia mengunjungimu

Menandai masa-masa kita menyemai benih rindu

Yang seiring waktu kuyakini, cinta itu mendendangkan nada yang semakin merdu

Dalam kebahagiaan di luar sana bersama buah hati yang kita sangat mencintainya

Khadijahku

Sepuluh bulan berlalu

Musim beradu

Seminggu dua atau tiga kali sahaja

Kau setia menjengukku dalam sendu dan haru

Menandai cinta kita di babak yang baru

Tak runtuh sedikitpun pertahananmu

Sementara lebih banyak menitik air mataku

Karena berpisah denganmu amat lah menyiksaku, Khadijahku

Kuharap engkau tetap dalam keteguhanmu bak perahu Nabi Nuh menantang samudera

Bersama keceriaan qurrata a'yun yang rela kukorbankan apapun untuk kembali bersamanya

Semoga Allah kabulkan tangis dan pintaku yang kini masih dalam gelimang dosa untuk kembali bersamamu seger

Yang tak disela lagi atau ditunda karena rinduku tak tertahan padamu dan anak kita

Seusai membacakan puisi pertama, Romy melanjutkan ke puisi kedua berjudul "Dzuhurku Diliput Sendu". Puisi ini secara khusus ditujukan untuk anaknya.

Romy tampak menangis dan terbata-bata saat membacakan puisi kedua ini. Berikut adalah puisi kedua yang dibacakan Romy:

Dzuhurku diliput sendu

Yang memandu sejak pelukan pertama anakku

Membuncah hingga perpisahannya denganku

Ternyata ia begitu menyayangiku

Begitupun aku

Anak semata wayangku

Dengan istri tercinta yang selalu setia menemaninya dan menemaniku

Benarlah Baginda Nabi SAW berkata

Tanyalah hatimu untuk menimbang apakah sebuah perkara termasuk dosa

Ternyata hati memang tak berdusta

Aku sangat mencintainya

Dan ingin selalu berada di samping untuk mendidiknya selagi umurku masih bersisa

Dari caranya memeluk dan memegangi sepanjang ia ada, aku tahu ia merasakan hal yang sama

Kerinduan yang hanya bisa dirasakan dari seorang ayah kepada anak dan sebaliknya

Anakku

Maafkan ayahmu

Yang telah membuatmu menahan pilu

Meski kau sembunyikan dalam kedewasaan dan kematanganmu

Yang terpaksa kau jemput sebelum kau mau

Tetesan air matamu mengguncangkanku

Ternyata rinduku untuk membelaimu yang tertahan sekian waktu meledak hari ini dalam dzuhurku

Anakku

Aku kuat menjalani semua keterbatasan yang saat ini menyertaiku

Namun yang tak aku kuat adalah berpisah denganmu dan ibumu

Doakan selalu ayahmu

Dalam dzikir dan sholatmu, untuk segera berkumpul kembali denganmu dan dengan ibumu yang tak pernah lelah mencintai ayahmu

Anakku

Kucoba menahan air mata saat bersamamu

Bukan karena aku ingin terlihat kuat di depanmu

Namun karena aku tak ingin memperpanjang jeritan batinmu, yang kutahu dalam diam mu menangisiku

Anakku

Kutitipkan ibumu

Meski hanya setiap libur semester kau bisa mengunjungiku, tapi kau lah yang sehari-hari bersama separuh nyawa ayahmu

Jagalah kesehatannya dan jagalah hatinya

Doakan panjang umurnya

Hingga kelak kami menimang anakmu

Ingatlah surgamu di bawah telapak kaki ibumu

Anakku

Peliharalah akhlakmu, karena dengan akhlak itulah kau akan dikenang orang-orang yang pernah bertemu denganmu

Meski separuh dunia lainnya membencimu, peliharalah agamamu dengan terus mendalaminya dengan ilmu

Karena agama itulah yang akan memandu hidupmu, tinggikanlah ilmumu, karena dengan ilmu itulah di dunia akan dihargai hidupmu

Anakku

Dengan tetesan air mata puisi ini kutulis

Sebagai rasa haru atas kunjunganmu yang menyisakan rindu, teriring doa pada Tuhan Sang Maha Cinta

Semoga kita sekeluarga dikumpulkannya kembali segera anakku

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Surya Paloh Ungkap Alasan Nasdem Tak Jadi Oposisi Pemerintahan Prabowo

Nasional
Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau 'Ge-er'

Golkar: Belum Ada Pernyataan Resmi Pak Jokowi Keluar dari PDI-P, Kami Enggak Mau "Ge-er"

Nasional
Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com