Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi Minta Upaya Mitigasi Bencana dengan Tanaman Vetiver, Ini Fakta-faktanya

Kompas.com - 09/01/2020, 14:04 WIB
Achmad Nasrudin Yahya,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan para jajarannya untuk mengupayakan mitigasi bencana melalui penanaman tanaman vetiver.

Hal tersebut diungkapkan Jokowi ketika menerima sejumlah kepala daerah yang didampingi Kepala BNPB Doni Munardo, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri LHK Siti Nurbaya Bakar, dan Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (8/1/2020).

"Saya kira tanaman vetiver, akar wangi, akan saya cari sebanyak-banyaknya bibit dan benih sehingga bisa kita lakukan penanaman terutama di Lebak dan Kabupaten Bogor," ujar Jokowi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Kamis (8/1/2020).

Jokowi mengatakan, tanaman vetiver merupakan jenis tanaman yang diketahui memiliki kemampuan untuk mencegah tanah longsor dan erosi.

Baca juga: Fakta Kunjungan Jokowi Pantau Bencana di Bogor, Helikopter Batal Mendarat hingga Instruksikan Tanam Vetiver

Menurut dia, tanaman vetiver dapat menjaga stabilitas tanah.

"Tanaman Vetiver yang dapat menahan gempuran aliran hujan deras dan menjaga kestabilan tanah sebagai langkah upaya mitigasi bencana," kata dia.

Selain itu, Jokowi juga mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk melakukan evaluasi dan bekerja sama dengan baik dalam pengendalian banjir dan bencana alam, terutama di wilayah ibu kota dan sekitarnya.

"Pemerintah pusat, provinsi, kabupaten, dan kota harus berjalan beriringan dalam menjalankan strategi pengendalian baik dalam jangka pendek maupun panjang," kata Jokowi.

Baca juga: Bersiap Hadapi Fenomena Monsun Asia, Cuaca Ekstrem 4 Hari hingga Dirikan Posko Siaga Bencana

Pencegah longsor

Berdasarkan artikel BNPB berjudul "Vetiver untuk Mitigasi Bencana", vetiver atau akar wangi adalah sejenis rumput yang berasal dari India dengan nama latin Chrysophogon zizaionide.

Umumnya, orang belum mengetahui bahwa tanaman ini memiliki banyak manfaat yang baik terhadap lingkungan hidup.

Manfaat dari tanaman vetiver antara lain, bagian daunnya dapat menyerap karbon, pakan ternak, mengusir hama, bahan atap rumah, hingga bahan dasar kertas.

Pada bagian akarnya juga bermanfaat mencegah longsor dan banjir, memperbaiki kualitas air, melindungi infrastruktur, menyerap racun, hingga menyuburkan tanah.

Jenis rumput ini mempunyai nama berbeda untuk daerah-daerah di Indonesia, antara lain, seperti di Gayo: useur; Manado: akar babau; Timor: akar banda; Sunda: janur, narawasatu, usar; Jawa : larasetu, larawastu, rarawestu; Madura: Karabistu; Bali: anggarawastu; hingga Padang: babad sanur.

Baca juga: Kepala BNPB Sebut Tanaman Vertiver Mampu Atasi Longsor, Apa Itu?

Bahan rehabilitasi bekas tambang

Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB, Agus Wibowo menjelaskan di Indonesia, rumput ajaib ini baru dimanfaatkan sebagai penghasil minyak atsiri melalui ekstraksi akar wangi.

Sementara, di mancanegara vetiver banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan ekologis dan fitoremediasi (memperbaiki lingkungan dengan menggunakan tanaman) lahan dan air.

Seperti rehabilitasi lahan bekas pertambangan, pencegah erosi lereng, penahan abrasi pantai dan stabilisasi tebing melalui teknologi Vetiver Grass Technology (VGT) atau Vetiver System (VS).

"Teknologi ini sudah dikembangkan selama lebih dari 200 tahun di India," kata Agus.

Baca juga: Istana: Bencana Banjir Harus Dihadapi Bersama, Tak Perlu Salahkan Siapa Pun

Konservasi Tanah

Agus menjelaskan, vetiver system (VS) adalah sebuah teknologi sederhana yang berbiaya murah dengan memanfaatkan tanaman vetiver hidup untuk konservasi tanah, air serta perlindungan lingkungan.

Menurut dia, VS sangat praktis, tidak mahal, mudah dipelihara, dan sangat efektif dalam mengontrol erosi dan sedimentasi tanah, konservasi air, serta stabilisasi dan rehabilitasi lahan.

"Vetiver juga mudah dikendalikan karena tidak menghasilkan bunga dan biji yang dapat cepat menyebar liar seperti alang-alang atau rerumputan lainnya," kata Agus.

Dia menuturkan, keistimewaan vetiver sebagai tanaman ekologis disebabkan oleh sistem perakarannya yang unik.

Tanaman ini memiliki akar serabut yang masuk sangat jauh ke dalam tanah. Saat ini rekor akar vetiver terpanjang adalah 5,2 meter.

Baca juga: BNPB Sebut Modifikasi Cuaca Efektif Turunkan Intensitas Hujan di Jabodetabek

Mampu tembus lereng

Agus mengungkapkan, akar vetiver diketahui mampu menembus lapisan setebal 15 cm yang sangat keras.

Di lereng-lereng yang keras dan berbatu, ujung-ujung akar vetiver mampu masuk menembus dan menjadi semacam jangkar yang kuat.

Cara kerja akar ini seperti besi kolom yang masuk ke dalam menembus lapisan tekstur tanah.

Pada saat bersamaan, vetiver dapat menahan partikel-partikel tanah dengan akar serabutnya.

"Kondisi ini bisa mencegah erosi yang disebabkan oleh angin dan air, sehingga vetiver dijuluki sebagai 'kolom hidup'," kata Agus.

Baca juga: Viral Video Pergerakan Tanah di Sungai Ci Durian Bogor, Ini Penjelasan BNPB

Ia mengatakan, akar-akar vetiver yang masuk ke dalam tanah sedalam kurang lebih 3 meter.

Posisi akar tersebut akan berfungsi seperti kolom-kolom beton yang menahan tanah agar tidak longsor. Sehingga, tanah menjadi stabil.

"Barisan itu juga menahan material erosi di belakang tubuhnya yang dapat mengurangi kecuraman dan akhirnya membentuk teras-teras yang lebih landai," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Pemerintahan Baru Indonesia dan Harapan Perdamaian Rusia-Ukraina

Nasional
Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Prabowo Terima Kunjungan Eks PM Inggris Tony Blair di Kemenhan, Ini yang Dibahas

Nasional
KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

KPK Sebut Surat Sakit Gus Muhdlor Ganjil: Agak Lain Suratnya, Sembuhnya Kapan Kita Enggak Tahu

Nasional
Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Panglima AL Malaysia Datang ke Indonesia, Akan Ikut Memperingati 3 Tahun KRI Nanggala

Nasional
Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Beralasan Sakit, Gus Muhdlor Tak Penuhi Panggilan KPK

Nasional
Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Minta MK Urai Persoalan pada Pilpres 2024, Sukidi: Seperti Disuarakan Megawati

Nasional
PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

PPATK Bakal Tindaklanjuti Informasi Jokowi soal Indikasi Pencucian Uang lewat Aset Kripto Rp 139 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com