Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Cara Mencegah Masuknya Kapal-kapal China di Perairan Natuna

Kompas.com - 07/01/2020, 15:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ribut-ribut tentang Kapal China di perairan Natuna ternyata cukup lumayan untuk mengalihkan pemberitaan masalah banjir di Jakarta.

Berbagai respons terlihat cukup menarik juga yang antara lain mengatakan bahwa begitu tidak ada lagi Sang Algojo yang menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan di perairan Nusantara, maka berpesta poralah kapal-kapal pencuri ikan yang selama ini rada "jiper" untuk coba-coba masuk ke perairan Indonesia. Maka berdatanganlah kapal-kapal liar yang bahkan mendapat pengawalan kapal Coast Guard-nya.

Agak kurang jelas apa sebenarnya yang tengah terjadi, akan tetapi dari komentar-komentar para pejabat terkait, maka dapat diperoleh kesan tentang beberapa hal.

Ada yang mengatakan bahwa kegiatan patroli atau pengawasan yang harus ditingkatkan, ada pula yang mengatakan bahwa kita belum memiliki cukup banyak kapal patroli penjaga pantai dan lain-lain.

Intinya adalah tertuju tentang bagaimana mengelola wilayah perbatasan laut dalam konteks pertahanan keamanan negara. Pada masalah ini kelihatan ada satu benang merah yang akan segera dilakukan yaitu peningkatan patroli di perairan Natuna.

Intisarinya dapat dipersepsikan sebagai sebuah upaya dalam rangka pertahanan keamanan negara dengan kegiatan patroli atau pengawasan di daerah perbatasan kritis (mudah menyulut sengketa) atau critical border dalam hal ini yang dimaksud terutama adalah perairan Natuna.

Dalam isu pertahanan keamanan negara, secara historis tradisional dikenal sebuah konsep yang mengacu pada analogi "pagar dari sebuah rumah".

Untuk menjaga keamanan negara, sudah ribuan tahun China membangun "The Great Wall" untuk menahan musuh yang datang dari arah utara. Karena berujud negara, maka sangat tidak mungkin membangun pagar sepanjang perbatasan seperti layaknya sebuah rumah.

Itu sebabnya maka Tembok China atau Great Wall hanya dibangun di sepanjang perbatasan kritis (rawan dan arah datangnya ancaman) yaitu di daerah utara negaranya. Sebagai catatan, sejarah juga mencatat bahwa banyak sekali peperangan yang terjadi adalah sebagai akibat dari "sengketa perbatasan" atau "Border Dispute".

Konsep ini (pagar rumah) paling banyak dianut dan ternyata telah menjadi sebuah konsep yang "up to date". Sekadar contoh saja, bahkan Presiden Trump kini tengah membangun tembok di sepanjang perbatasan dengan Meksiko yang dianggap sebagai perbatasan kritis oleh Amerika Serikat.

Intinya, karena tidak mungkin sebuah negara membangun pagar di sepanjang daerah perbatasannya, maka dipilihlah hanya di sepanjang perbatasan kritis saja yang diprioritaskan untuk dibangun pagar.

Untuk wilayah perbatasan yang berujud daratan maka dengan mudah dibangun pagar dengan tembok beton misalnya. Akan tetapi, bila perbatasan sebuah negara berujud perairan maka kiranya tidak mungkin untuk membangun pagar dalam ujud fisik.

Demikianlah maka dalam bentuk yang berbeda, pagar di wilayah perbatasan berbentuk perairan dapat berujud kapal-kapal patroli yang ditugaskan menjaga wilayah perbatasan kritis sebuah negara.

Inilah mungkin yang diutarakan oleh beberapa pejabat negara belakangan ini dalam merespons masuknya kapal China di perairan Natuna, yaitu akan meningkatkan efektifitas dan intensitas patroli di wilayah perairan Natuna. Nah, pada titik inilah diskusi tentang peningkatan patroli menjadi sangat menarik.

Dengan kemajuan teknologi di abad ini, maka patroli laut tidak akan banyak gunanya bila tidak diiringi dengan kegiatan pengintaian dari udara. Sekadar untuk diketahui saja, bahwa sebenarnya patroli terpadu antara Angkatan Laut dan Angkatan Udara sudah sejak lama berlangsung dan dikembangkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Politeknik KP Sidoarjo Buka Pendaftaran, Kuota Masyarakat Umum 80 Persen

Nasional
Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Surya Paloh: Nasdem Dukung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Kenaikan Pangkat TNI: 8 Perwira Pecah Bintang, Kabais Resmi Berpangkat Letjen

Nasional
JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin 'Merampok'

JK Nilai Konflik Papua terjadi karena Pemerintah Dianggap Ingin "Merampok"

Nasional
Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Biasa Koordinasi dengan PPATK, Dewas Nilai Laporan Wakil Ketua KPK Aneh

Nasional
Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Kementerian KP Luncurkan Pilot Project Budi Daya Udang Tradisional Plus di Sulsel

Nasional
Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Soal PDI-P Tak Hadiri Penetapan Prabowo-Gibran, Djarot Bilang Tidak Tahu

Nasional
Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Rencana Revisi, DPR Ingin Sirekap dan Digitalisasi Pemilu Diatur UU

Nasional
BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

BKKBN Minta Bocah 7 Tahun Sudah Tunangan Tak Dianggap Biasa

Nasional
Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Terungkap di Sidang, Biaya Ultah Cucu SYL Di-“reimburse” ke Kementan

Nasional
Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com