BEKASI, KOMPAS.com - Badan Nasional Penanggulan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 53 korban meninggal dan 1 orang dinyatakan hilang dalam bencana banjir di Jabodetabek dan Lebak, Banten per Sabtu (4/1/2020) siang.
Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Kapusdatinkom) BNPB, Agus Wibowo menuturkan bahwa penyebab korban meninggal karena tertimpa material tanah longsor, terseret arus, tersengat listrik, hingga tertimpa reruntuhan bangunan.
"Karena ada genangannya tinggi dan arusnya kencang, sehingga tidak bisa menyelamatkan diri," ujar Agus di Gudang BNPB, Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (4/1/2020).
Baca juga: [UPDATE] BNPB: 53 Orang Tewas dan 1 Hilang akibat Banjir Jabodetabek
Berdasarkan data BNPB usia korban yang meninggal bervariasi.
Pada klasifikasi orang tua, korban meninggal dari usia 30 sampai 82 tahun.
Sementara anak remaja dari usia 17 hingga 25 tahun. Sedangkan anak kecil dari usia 8 hingga 10 tahun.
"Mayoritas yang meninggal adalah sekitar 20 tahunan, kurang lebih meninggal karena terseret arus banjir dan tenggelam," kata Agus.
Baca juga: BNPB Serahkan Bantuan Rp 350 Juta kepada Korban Banjir Bandang Lebak
Korban tewas terbanyak berada di Kabupaten Bogor. Sebanyak 16 nyawa melayang akibat banjir di sana.
Kemudian, 9 orang di Kota Bekasi, 9 di Kabupaten Lebak, 7 di Jakarta Timur, 4 di Kota Tangerang Selatan, 3 di Kota Depok, dan beberapa wilayah lain dengan catatan 1 korban jiwa.
Di luar itu, BNPB mencatat, ada 277 kelurahan di 103 kecamatan yang tersebar di Jabodetabek dan Lebak masih terendam banjir.
Kota Bekasi jadi wilayah yang paling parah karena 51 kelurahan masih terendam banjir hingga Sabtu siang. Sebanyak 149.537 warga Kota Bekasi masih mengungsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.