Mantan Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, ditusuk terduga teroris berinisial SA alias AR saat tiba di Alun-alun Menes, Kabupaten Pandeglang pada 10 Oktober 2019.
Tak hanya Wiranto, Kapolsek Menes Kompol Daryanto juga ditusuk saat mengamankan pelaku.
Menurut polisi, SA hanya simpatisan JAD. SA diketahui merupakan rekrutan salah satu tokoh sentral JAD, yakni Abu Zee. Namun, SA tidak masuk dalam struktur jaringan tersebut.
Dalam melakukan aksinya, SA bahkan turut mengajak istrinya, FA, dan anaknya.
Dari hasil pemeriksaan terhadap pasangan suami istri tersebut, diketahui masing-masing orang menggunakan satu senjata.
Baca juga: Jaksa Agung Siap Terima Berkas Kasus Penusukan Wiranto
Namun, meski sudah diperintahkan SA untuk melakukan serangan, anaknya mengurungkan niat.
"Tapi anaknya mengurungkan niatnya karena dia tidak berani. Yang berani melakukan itu Abu Rara sendiri dan istri," kata Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, 17 Oktober 2019.
Kini, sang anak yang berinisial R menjalani rehabilitasi di Rumah Aman Kementerian Sosial.
Usai kejadian itu, Densus 88 menangkap total 40 terduga teroris selama 10-17 Oktober 2019. Jumlah itu termasuk pasangan suami istri pelaku penusukan terhadap Wiranto.
Menurut polisi, kelompok tersebut berkomunikasi secara terstruktur, sistematis, dan intens melalui media sosial. Bahkan, mereka juga disebutkan aktif menggunakan Telegram.
Mendekati penghujung tahun 2019, Indonesia kembali digemparkan dengan peristiwa bom bunuh diri.
Peristiwa itu terjadi di Markas Polrestabes Medan, Sumatera Utara, pada 13 November 2019.
Pelaku diketahui berinisial RMN (24), yang kesehariannya berprofesi sebagai pengemudi ojek online (ojol).
Ia pun diduga telah terpapar radikalisme. Dalam menjalankan aksinya, RMN dibantu dua rekannya untuk membuat bom.
Baca juga: Kelanjutan Kasus Bom di Polrestabes Medan, 4 Tersangka Dilepas, Satu Dibawa ke Jakarta
"Dalam proses investigasinya, pemeriksaan terhadap beberapa orang terdekat tersangka tersebut, baru terungkap siapa-siapa yang berperan untuk mempersiapkan saudara RMN itu melakukan suicide bomber," tutur Dedi di Gedung Humas Mabes Polri, Jakarta Selatan, 18 November 2019.
Hingga 19 November 2019, polisi telah menetapkan 30 tersangka terkait peristiwa bom bunuh diri tersebut.
Termasuk di dalamnya, tiga orang yang meninggal dunia, yakni RMN dan dua orang yang ditangkap di Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Deli Serdang.
Para tersangka terdiri dari 3 orang perempuan dan 24 laki-laki. Mereka memiliki peran yang bermacam-macam, mulai dari bendahara, perakit maupun perekrut.
Namun, secara keseluruhan, hingga 2 Desember 2019, Densus 88 telah menangkap 92 terduga teroris usai peristiwa bom bunuh diri itu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.