Pelaku diketahui berinisial RA (22) dan memiliki pekerjaan sebagai penjual gorengan.
Berdasarkan keterangan polisi, RA telah terpapar paham radikalisme. Ia merupakan terduga teroris lone wolf atau bertindak sendiri.
Menurut polisi, berdasarkan sejumlah barang bukti yang ditemukan di rumahnya, bom yang digunakan berjenis low explosive.
Baca juga: Pascaledakan Bom Bunuh Diri, Pos Polisi Kartasura Sukoharjo Kembali Berfungsi
RA menggunakan bom itu di pinggang saat melakukan aksinya.
Polisi menyatakan bahwa RA masih amatir. Sebab, aparat belum menemukan rekam jejak aksi pelaku.
RA pun menderita luka parah akibat aksinya. Selain pelaku, tidak ada korban lainnya.
Berbeda dengan peristiwa sebelumnya, terduga teroris berinisial IM berpura-pura ingin membuat laporan dalam aksinya menyerang anggota polisi.
IM menyerang seorang anggota Polsek Wonokromo, Surabaya, dengan senjata tajam pada 17 Agustus 2019.
Berdasarkan keterangan polisi, IM melakukan aksinya atas kehendak sendiri alias self radicalism.
IM belajar mengenai paham radikal secara otodidak dari internet atau perseorangan.
Baca juga: Aksi Teror Polsek Wonokromo, Terekam CCTV hingga Terkait Bom Gereja Surabaya
Bahkan, IM juga terkait dengan pelaku pengeboman gereja di Surabaya satu tahun lalu.
"Dia masih punya keterkaitan dengan pelaku bom gereja di Surabaya tahun lalu," kata Kapolri saat itu, Jenderal Polisi (Purn) Tito Karnavian di RS Bhayangkara Polda Jatim, 19 Agustus 2019.
Sehari-hari, IM bekerja sebagai penjual sempol dan makaroni.
Akibat aksinya, korban yang bernama Aiptu Agus Sumarsono, mengalami luka sabetan senjata tajam di bagian kepala dan tangan.
Pada tahun ini, peristiwa teror juga pernah melibatkan pejabat negara.