Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

[POPULER DI KOMPASIANA] Wacana Ekspor Benih Lobster | Mencoba Tol Japek II | ASN Jemput Anak Sekolah

Kompas.com - 22/12/2019, 22:43 WIB
Harry Rhamdhani,
Amir Sodikin

Tim Redaksi

KOMPASIANA - Wacana akan dibukanya ekspor benih lobster oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Edhi Prabowo ternyata menuai pro dan kontra.

Bahkan, dari wacana tersebut terjadi adu opini di media sosial. Dari sana kemudian muncul beragam kajian hingga data-data akan penting dan tidaknya ekspor.

Pasalnya, semasa kepemimpinan Susi Pudjiastuti, ia mengeluarkan Peraturan Menteri Perikanan dan Kelautan No 56 Tahun 2016 tentang penangkapan dan/atau pengeluaran lobster hanya dapat dilakukan jika lobster tidak dalam kondisi bertelur.

Sedangkan, di sisi lain, ternyata pengembangan benih lobster sendiri belum dimaksimalkan sampai saat ini. Sehingga, banyak yang lebih memilih menjual sejak masih benih. Persis seperti yang ditemui Kompasianer Cocon.

Selain maraknya wacana ekspor benih lobster, pada pekan ini Kompasiana masih diisi dengan artikel menarik lainnya seperti mencoba jalan tol Japek II hingga isu ASN yang tidak boleh menjemput anaknya sekolah.

Berikut 5 artikel menarik dan terpopuler lainnya di Kompasiana dalam sepekan:

 

1. Jalan Tengah Gonjang-ganjing Urusan Lobster

Atas ramainya wacana ekspor benih lobster, Kompasianer Cocon mencoba untuk mengurai permasalahan apa saja yang terjadi hingga penambak menjual sejak dalam kondisi benih.

Apalagi harga jual lobster padahal lebih tinggi ketika sudah layak untuk dikonsumsi, misalnya.

Pertimbangan sosial ekonomi, tulis Kompasianer Cocon, tidak boleh mengorbankan aspek kelestarian SDA dan lingkungan, pun begitu sebaliknya.

"Prinsip-prinsip sustainable development seperti kehati-hatian, kepentingan intra dan antargenerasi, serta kelestarian biodiversity tidak boleh dikesampingkan," lanjutnya. (Baca selengkapnya)

 

2. Ini yang Saya Rasakan Ketika Melintasi Tol Japek II

Ada yang membuat sedikit khawatir Kompasianer Aji Najiullah Thaib ketika baru pulang dari Bandung untuk hendak mencoba ruas tol baru: Jipek II.

Tol yang panjangnya sekitar 38 KM itu, tulisnya, tidak menyediakan rest area, juga hanya bisa dilintasi dua jalur mobil. Memang sangat riskan kalau terjadi mogok di jalan.

Apalagi lebih-kurang butuh 48 menit dengan kecepatan rerata 80 KM/jam melintasi tol, ia keluar di ruas tol arah cawang.

Atas percobaan itu, Kompasianer Aji Najiullah Thaib memberi beberapa catatan, seperti jalan yang dilalui belumlah terasa smooth seperti jalan tol pada umumnya.

Kasarnya lapisan aspal masih sangat terasa, sehingga sangat mengganggu kenyamanan. (Baca selengkapnya)

 

3. Harga Demokrasi di Amerika Serikat, Presiden dalam Proses Dimakzulkan

"Siapa bilang bahwa demokrasi itu murah?" tulis Kompasianer Yupiter Gulo dalam membuka opininya mengenai rencana DPR Amerika Serikat untuk memakzulkan Presiden Donald Trump.

Ini pula, lanjut Kompasianer Yupiter Gulo mencontohkan, prinsip demokrasi berada dalam sebuah dinamika keseimbangan yang memiliki gelombang yang sama.

"Pentingnya demokrasi dijunjung tinggi itu menjadi jauh lebih penting bagi sebuah negara yang memiliki peran besar dan penting," lanjutnya.

Namun, terlepas dari pertimbangan politik, sejarah tetap akan mencatat tentang alasan utama mengapa seseorang presiden dimakzulkan. (Baca selengkapnya)

 

4. Gurumu Garang? Selamat, Sekolahmu Sudah Beruntung

Akan selalu ada guru yang tampak garang dalam kegiatan-mengajar di kelas. Dan biasanya, peserta didik akan takut terhadap guru yang seperti itu.

Namun, berbeda dengan pandangan Kompasianer Ozy Alandika, guru yang garang tersebut, baginya, semakin banyak guru melarang maka semakin sayang guru itu.

"Walau kadang kesannya terlalu garang bahkan bengis, tetap saja dibalik semua itu ada ketakutan dan kekhawatiran yang besar di hati guru," lanjutnya.

Tetapi, bagaimana jika sampai ada luka secara fisik? (Baca selengkapnya)

 

5. ASN Tidak Boleh Jemput Anak di Jam Kerja, Serius?

Meski tidak berprofesi sebagai ASN, tetapi ketika mencuatnya isu dilarangnya ASN untuk menjemput anaknya pulang sekolah, Kompasianer Tommy TRD berpendapat, profesi apapun seharusnya tidak memiliki hak untuk mencampuri sebuah hubungan orangtua dan anak.

"Jika menjemput anak akan menghadapi pemotongan tunjangan, berapa orang yang akan lebih memilih rupiah dibandingkan waktu bersama anaknya?" tulisnya.

Bahkan Kompasianer Tommy TRD lebih memilih kehilangan pekerjaan semacam itu jika dibandingkan harus kehilangan anaknya. (Baca selengkapnya)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Kepala Daerah Mutasi Pejabat Jelang Pilkada 2024 Bisa Dipenjara dan Denda

Nasional
KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Panggil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Daftar 33 Pengajuan Amicus Curiae Sengketa Pilpres 2024 di MK

Nasional
Apa Gunanya 'Perang Amicus Curiae' di MK?

Apa Gunanya "Perang Amicus Curiae" di MK?

Nasional
Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Dampak Erupsi Gunung Ruang: Bandara Ditutup, Jaringan Komunikasi Lumpuh

Nasional
Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Megawati Lebih Pilih Rekonsiliasi dengan Jokowi atau Prabowo? Ini Kata PDI-P

Nasional
Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan 'Cawe-cawe' Pj Kepala Daerah

Yusril Sebut Kekalahan Prabowo di Aceh Mentahkan Dugaan "Cawe-cawe" Pj Kepala Daerah

Nasional
Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Kejagung Kembali Sita Mobil Milik Harvey Moeis, Kini Lexus dan Vellfire

Nasional
Yusril Harap 'Amicus Curiae' Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Yusril Harap "Amicus Curiae" Megawati Tak Dianggap Tekanan Politik ke MK

Nasional
Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Soal Peluang Rekonsiliasi, PDI-P: Kami Belum Bisa Menerima Perlakuan Pak Jokowi dan Keluarga

Nasional
IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

IKN Teken Kerja Sama Pembangunan Kota dengan Kota Brasilia

Nasional
Yusril Sebut 'Amicus Curiae' Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Yusril Sebut "Amicus Curiae" Megawati Harusnya Tak Pengaruhi Putusan Hakim

Nasional
ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

ICW Dorong Polda Metro Dalami Indikasi Firli Bahuri Minta Rp 50 M Ke SYL

Nasional
Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Sertijab 4 Jabatan Strategis TNI: Marsda Khairil Lubis Resmi Jabat Pangkogabwilhan II

Nasional
Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Hasto Beri Syarat Pertemuan Jokowi-Megawati, Relawan Joman: Sinisme Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com