JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto akan memetakan daerah-daerah yang banyak mengalami kemunculan ular pada musim penghujan ini.
Pemetaan dilakukan berkaitan dengan penyediaan serum anti-bisa ular (SABU) di rumah sakit-rumah sakit.
"Daerah mana yang paling ini (banyak mengalami kemunculan ular) kita dorong. Karena itu kita petakan mana daerah yang lebih banyak terkena ular," kata Terawan usai bertemu Menko Polhukam Mahfud MD di Kemenko Polhukam, Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/019).
Baca juga: Teror Ular Kobra di Cianjur, 17 Ekor Ditangkap
Terawan mengatakan, pemetaan seperti itu bukanlah hal sulit dan tidak memakan waktu.
"Sehari juga bisa, tergantung niat saja," kata Menkes.
Melalui pemetaan itu, tak perlu seluruh rumah sakit disuplai serum anti-bisa ular. Hanya rumah sakit tertentu yang daerah sekitarnya terjadi kemunculan ular yang akan disuplai serum itu.
"Kalau ancamannya tidak ada, ngapain disediain? Boros toh?" kata dia.
Pihaknya menghindari terjadinya pemborosan anggaran.
Selain ular, Terawan diketahui mendapatkan laporan mengenai peristiwa kemunculan hewan lainnya. Misalnya, tawon dan kalajengking.
Diketahui, sejumlah rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya menyediakan SABU.
Baca juga: Deretan Peristiwa Penemuan Ular Kobra di Jakarta dan Sekitarnya
Penyediaan SABU ini dilakukan untuk mengobati pasien yang terkena gigitan ular, berkaitan dengan maraknya kemunculan ular di pemukiman warga.
Beberapa rumah sakit di Jakarta yang menyediakan SABU antara lain RS Tarakan, Gambir, Jakarta Pusat; RS Suyoto, Pesanggrahan, Jakarta Selatan dan RSUP Fatmawati, Cilandak, Jakarta Selatan.
Ada pula RSUD Cengkareng, Jakarta Barat; RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta Pusat dan RSPI Sulianti Saroso, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Kamis sore, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jakarta, BKSDA, bersama komunitas reptil se-Jabodetabek berkoordinasi dalam penanganan ular di permukiman masyarakat.
Selama Desember 2019, komunitas reptil menangani 32 kasus kemunculan ular di permukiman warga. Setidaknya, ada 25 kasus penemuan ular jenis kobra dan 7 phyton atau sanca kembang.
Sementara, Pemerhati Reptil Aspera menyatakan, fenomena penemuan ular jenis kobra di permukiman karena pada bulan november hingga januari merupakan siklus menetasnya telur-telur ular.
Menurut Pemerhati Reptil Aspera, ular kobra punya kebiasaan berbeda dengan jenis ular lainnya. Ular jenis lain akan memilih menghindar dari manusia, namun ular kobra tidak takut akan manusia.
Sebelumnya, seekor anak ular kobra ditemukan di Kantor Badan Narkotika Nasional Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Ular ditemukan di bawah keset di aula kantor .
Anak ular kobra tersebut berhasil ditangkap petugas keamanan dan sejumlah petugas BNNK Lumajang.
Di Sukoharjo, Jawa Tengah, puluhan ekor anakan ular kobra ditemukan di antara lipatan karpet masjid. Total, anakan ular yang ditemukan berjumlah 31 ekor.
Di Depok, Jawa Barat, khawatir akan keselamatan anaknya, orang tua korban gigitan ular kobra, kembali membawa sang anak ke rumah sakit Universitas Indonesia, Depok, untuk menjalani perawatan medis.