Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 19/12/2019, 13:56 WIB
Dani Prabowo,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Joko Widodo memberikan sejumlah janji bagi pengembangan wilayah ibu kota baru di Kalimantan Timur.

Rencananya, lokasi ibu kota itu akan berada di Kabupaten Kutai Kartanegara dan Penajam Paser Utara.

Wilayah ibu kota baru akan mengokupansi kawasan seluas 256.000 hektar, yang kelak akan dicadangkan dalam jangka waktu 100-200 tahun.

Adapun yang akan dikembangkan sebagai kawasan ibu kota untuk pertama kali hanyalah seluas 56.000 hektar.

Dari luas tersebut, nantinya yang akan dikembangkan sebagai kawasan klaster pemerintahan seluas 5.600 hektar di Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU).

Baca juga: Menhub Siapkan Fasilitas Transportasi di Ibu Kota Baru Indonesia

Pusat pemerintahan ibu kota itu saat ini masih berstatus kawasan hutan tanaman industri (HTI) yang konsesinya dipegang PT ITCI Hutan Manunggal. Nantinya kawasan tersebut akan ditata ulang.

Ada sejumlah janji yang diberikan Jokowi dalam rencana pengembangan kawasan pengganti DKI Jakarta itu:

"Green city"

Dalam kunjungan kerja selama dua hari ke Kalimantan Timur, Jokowi berjanji akan menjadikan pengembangan infrastruktur dan kawasan ibu kota baru sebagai percontohan bagi provinsi lain yang ada di Indonesia.

"Jadi yang jelas lokasinya sangat mendukung sekali untuk sebuah kota yang smart city, kompleks city, kemudian green city," kata Jokowi di Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU, Selasa (17/12/2019).

Lokasi ibu kota baru memiliki kontur perbukitan. Namun demikian, Jokowi memastikan bahwa kontur itu tidak akan menyulitkan perencana kota dan kawasan dalam mendesain dan merancang ibu kota baru.

Baca juga: Jokowi: RUU Pemindahan Ibu Kota Diajukan ke DPR Januari

Sebaliknya, kontur perbukitan akan memudahkan pekerjaan mereka.

"Kalau arsitek atau urban planner diberi sebuah kawasan naik turun bukit pasti akan senang. Lihat saja nanti. Desainernya pasti akan senang sekali," kata Jokowi.

Presiden Joko Widodo meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019). Jokowi mengaku puas setelah meninjau lokasi tersebut yang nantinya akan dibangun kluster pemerintahan, termasuk Istana Kepresidenan.ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY Presiden Joko Widodo meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019). Jokowi mengaku puas setelah meninjau lokasi tersebut yang nantinya akan dibangun kluster pemerintahan, termasuk Istana Kepresidenan.
Namun, Direktur Eksekutif Trend Asia Yuyun Indradi meragukan konsep green city akan terwujud di ibu kota baru. Pasalnya, untuk pembangunan ibu kota baru membutuhkan suplai listrik yang berasal dari pembangkit listrik tenaga uap.

Paling tidak, dibutuhkan pasokan energi 1,5 gigawatt untuk mendukung pembangunan itu.

"Pengusaha akan sangat senang hati untuk bangunkan pusat pasokan listrik sebesar itu. Artinya smart city, green city, dan zero emission jelas tidak mungkin," kata Yuyun dalam diskusi di Kantor YLBHI, Selasa (17/12/2019).

Baca juga: Cerita Jokowi Tinjau Ibu Kota Baru, Nyaris Masuk Jurang hingga Sepatu Penuh Lumpur

Berdasarkan laporan yang disusun oleh Trend Asia bersama sejumlah organisasi masyarakat lainnya, sudah ada empat PLTU yang beroperasi di Kalimantan Timur dan tujuh PLTU lainnya akan menyusul beroperasi.

Menurut Yuyun, hal itu akan membuat lokasi ibu kota baru menerima kepulan asap dari PLTU-PLTU di sekitarnya selayaknya yang terjadi di Jakarta saat ini.

"Masyarakat Kaltim akan menikmati hasil pembangunan pemindahan ibu kota melalui polusi udara seperti yang dialami oleh masyarakat Jakarta," ujar Yuyun.

Bagi-bagi proyek

Jokowi menegaskan, pembangunan proyek infrastruktur di lokasi ibu kota baru tak mungkin sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah. Ia memastikan akan melibatkan peran swasta di dalam pembangunannya.

"Kalau pikirannya negatif tok, ya repot, bagi-bagi proyek ya harus dibagi. Masa kita kerjain sendiri, APBN habislah," kata Jokowi saat berbincang dengan wartawan di Balikpapan, Rabu (18/12/2019).

Kepala Negara mengatakan, saat ini hampir semua negara melibatkan swasta dalam mengerjakan berbagai proyek besar, melalui skema Public Private Partnership (PPP), Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU), atau investasi swasta.

"Artinya, keterlibatan di luar pemerintah itu sangat diperlukan," kata dia.

Baca juga: Jokowi: Proyek Ibu Kota Baru Memang Harus Dibagi-bagi

Jokowi mencontohkan untuk transportasi umum, sudah ada pihak swasta yang menawarkan untuk membangun transportasi yang bebas energi fosil.

Selain itu, ada juga pihak yang menyatakan sudah tertarik membangun universitas.

"Ya silakan, ngapain kita keluar uang kalau ada dari non-APBN bisa," ujarnya.

Seskab Pramono Anung dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berjalan di atas tanah berlumpur karena mobil yang ditumpanginya mengalami slip saat menuju lokasi Ibu Kota Negara di Kawasan Konsesi HPH PT ITCI, Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU, Kaltim, Selasa (17/12) siang. (Foto: BPMI Setpres) (Setkah.go.id)

Foto: BPMI Setpres Seskab Pramono Anung dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono berjalan di atas tanah berlumpur karena mobil yang ditumpanginya mengalami slip saat menuju lokasi Ibu Kota Negara di Kawasan Konsesi HPH PT ITCI, Kecamatan Sepaku, Kabupaten PPU, Kaltim, Selasa (17/12) siang. (Foto: BPMI Setpres) (Setkah.go.id)

Di lain pihak, Direktur Riset Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Berly Martawardaya berharap, pemerintah dapat adil pada saat bagi-bagi proyek tersebut.

Jangan sampai pemerintah hanya mengedepankan dorongan politik dan bisnis dalam pembagiannya.

Barly memahami niat Presiden yang ingin melibatkan swasta dalam pembangunannya. Sebab, bila hanya mengandalkan keuangan negara tentu akan membebani APBN.

Oleh karena itu, jika nantinya lelang proyek dilakukan, harus benar-benar berdasarkan indikator yang jelas.

Misalnya, kata dia, ada kolaborasi dengan masyarakat dan ada pemberdayaan masyarakat. Kemudian, proses bagi-bagi proyek diharapkan tidak hanya melibatkan perusahaan di Jakarta saja.

Baca juga: INDEF: Bagi-bagi Proyek Pembangunan Ibu Kota Baru Jangan Berdasarkan Kepentingan Politik

Bebas pabrik

Untuk menjaga wilayah ibu kota baru bebas dari polusi dan pencemaran lingkungan, maka tidak ada klaster industri yang akan dibangun di wilayah tersebut.

"Tidak ada klaster industri, tidak ada pabrik, harus ditekankan," kata Jokowi.

Di lain pihak, Jokowi berharap, pengembangan klaster pemerintahan dapat diikuti dengan pengembangan klaster lainnya, antara lain klaster kesehatan, klaster pendidikan, klaster riset dan inovasi, serta financial center yang dilakukan secara paralel.

Baca juga: Presiden Jokowi Pastikan Ibu Kota Baru Bebas dari Pabrik

Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor (kanan) saat meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019). Jokowi mengaku puas setelah meninjau lokasi tersebut yang nantinya akan dibangun kluster pemerintahan, termasuk Istana Kepresidenan.ANTARA FOTO/AKBAR NUGROHO GUMAY Presiden Joko Widodo (kiri) berbincang dengan Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor (kanan) saat meninjau lokasi rencana ibu kota baru di Sepaku, Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Selasa (17/12/2019). Jokowi mengaku puas setelah meninjau lokasi tersebut yang nantinya akan dibangun kluster pemerintahan, termasuk Istana Kepresidenan.
Kebun bibit

Selain akan mengembangkan kawasan dengan konsep green city, pemerintah juga akan menyiapkan lahan sebagai kebun bibit untuk memastikan lingkungan yang ada tetap asri.

"Oleh sebab itu, yang pertama dibangun itu adalah kebun bibit, nursery seluas kurang lebih 100 hektar yang memuat jutaan bibit di situ,” kata Jokowi, seperti dilansir dari laman Setkab.go.id, Selasa (17/12/2019).

Jokowi menyatakan, pemerintah ingin pembangunan kawasan diikuti dengan perbaikan kondisi lingkungan yang ada. Nantinya, pemerintah akan menyiapkan sejumlah bibit untuk menghijaukan lokasi.

"Ibu Siti Nurbaya (Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan) juga sudah siapkan kebun bibit seluas 100 hektar ini baru mencari tempat datar sehingga akan disiapkan bibit fast growing species, ekaliptus, akasia. Tapi juga ada pohon asli di sini, kampar, kapur, ulin, bengkirai, itu yang mau disiapkan," kata Jokowi.

Baca juga: Pemerintah Bangun Kebun Bibit Seluas 100 Hektar di Ibu Kota Baru, Ini Alasannya

Jokowi juga menyerahkan kepada pemda untuk pengendalian tata kota. Jokowi tidak ingin Ibu Kota Negara yang baru jadi kota kumuh.

"Kalau dibiarkan, bisa saja kita akan memiliki kota yang padat karena pemda tidak mengendalikan sesuai dengan kemampuan daya dukung yang ada," ujar Jokowi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Tanggapi Jokowi, Djarot PDI-P: Konstitusi Dilanggar dan Direkayasa, Kekaderannya Patut Diragukan

Nasional
Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Polri Akan Gelar Operasi Puri Agung 2024, Kawal World Water Forum Ke-10 di Bali

Nasional
Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Prabowo Guncangkan Badan Surya Paloh, Sama Seperti Anies Kemarin

Nasional
Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Kasus Dana PEN, Eks Bupati Muna Divonis 3 Tahun Bui

Nasional
Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Surya Paloh Bakal Bertemu Prabowo Sore Ini, Nasdem Belum Ambil Keputusan

Nasional
Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Jalankan Amanah Donatur, Dompet Dhuafa Berbagi Parsel Ramadhan untuk Warga Palestina

Nasional
Wapres Sebut Target Penurunan 'Stunting' Akan Dievaluasi

Wapres Sebut Target Penurunan "Stunting" Akan Dievaluasi

Nasional
Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Persilakan Golkar Tampung Jokowi dan Gibran, PDI-P: Kami Bukan Partai Elektoral

Nasional
Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Dana Pensiun Bukit Asam Targetkan 4 Langkah Penyehatan dan Penguatan pada 2024

Nasional
Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Di Depan Wiranto-Hendropriyono, Prabowo Minta Maaf Pernah Nakal: Bikin Repot Senior...

Nasional
Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Albertina Dilaporkan Wakil Ketua KPK, Ketua Dewas: Apa yang Salah? Ada Surat Tugas

Nasional
Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Polri Terbitkan Red Notice 2 Buron TPPO Bermodus Magang ke Jerman

Nasional
Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Surya Paloh Bakal Temui Prabowo di Kertanegara, Nasdem: Menguatkan Sinyal Komunikasi

Nasional
Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Temui Mensesneg Pratikno, Menpan-RB Anas Bahas Progres Skenario Pemindahan ASN ke IKN

Nasional
Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Jokowi Teken Perpres, Wajibkan Pemda Bentuk Unit Perlindungan Perempuan dan Anak

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com