JAKARTA, KOMPAS.com - Konflik internal Partai Hanura antara kubu Ketua Umum Partai Hanura Oesman Sapta Odang (OSO) dan kubu mantan Menko Polhukam Wiranto kembali memanas.
Kali ini, perseteruan kedua kubu terjadi setelah kubu Oesman menggelar Musyawarah Nasional (Munas) Partai Hanura guna pemilihan ketua umum.
Wiranto pun murka dan merasa ada kejanggalan dalam penyelenggaraan Munas Partai Hanura dari prinsip awal partai itu didirikan.
Bahkan, selaku pendiri sekaligus mantan ketua umum Partai Hanura Wiranto tak diundang dalam Munas.
Oleh karenanya, mantan Menko Polhukam itu mengambil beberapa sikap atas Munas tersebut.
Adapun selama tahun 2019 ini, perseteruan OSO dan Wiranto cukup sering terjadi mulai dari gagalnya Partai Hanura mempertahankan posisi di DPR hingga pelaksanaan Musyawarah Nasional (Munas) yang dituding tidak sah oleh kubu Wiranto.
Berikut ini fakta-fakta konflik Oesman dan Wiranto sepanjang 2019 :
1. Suara Hanura anjlok di Pemilu 2019
Pada Pemilu serentak 2019, Partai Hanura dinyatakan gagal mempertahankan kursi di DPR. Hal ini disebabkan, perolehan suara yang anjlok dari pemilu sebelumnya.
Hanura hanya mendapat 2.161.507 suara atau 1,54 persen dalam pileg, jauh dari ambang batas lolos ke DPR sebesar 4 persen.
Baca juga: Wiranto Bantah Jual Partai Hanura Ke OSO Rp 200 Miliar
Akibatnya, para petinggi Partai Hanura saling kritik dan menyalakan satu sama lain.
OSO mengatakan, Wiranto menjadi penyebab perolehan suara Hanura anjlok di Pemilihan Legislatif (Pileg) 2019.
"Jadi ada yang bertanya kenapa Hanura kalah. Tanya Wiranto, bukan saya. Orang yang bikin kalah dia kok," kata OSO di rumahnya, Jalan Karang Asem Utara, Jakarta, Rabu (15/5/2019).
Oesman menilai, sebagai pendiri sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Hanura, Wiranto telah melakukan pembiaran atas kondisi partainya.
Namun, ia tak menjelaskan secara detail pembiaran apa yang dilakukan Wiranto terhadap Hanura.