JAKARTA, KOMPAS.com - Cendekiawan sekaligus ekonom Emil Salim mengaku senang dengan sikap Presiden Joko Widodo yang menolak usulan penambahan masa jabatan presiden menjadi tiga periode.
"Saya senang Pak Jokowi segera menangkap (maksud wacana pengajuan masa jabatan Presiden), maksudnya cari muka, menjerumuskan. Pokoknya beliau menolak, saya senang," kata Emil di kawasan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (3/12/2019).
Dosen Pascasarjana Universitas Indonesia ini mengaku setuju dengan sikap Jokowi yang tegas menolak penambahan masa jabatan presiden.
Baca juga: PDI-P: Masa Jabatan Presiden Cukup Dua Periode
Sebab, ia menganggap bahwa usulan itu adalah suatu hal yang salah.
"Saya setuju beliau tegas menolak dan tiga periode itu salah. Kenapa kita reformasi? Kan untuk menegakkan demokrasi," kata dia.
Menurut Emil, demokrasi sudah mengatakan bahwa 10 tahun masa jabatan presiden sudah cukup.
Sebab, kata dia, Indonesia melakukan reformasi salah satunya adalah untuk menghindari supaya masa kerja presiden menjadi panjang dan berpotensi terjadi penyalahgunaan kekuasaan.
Baca juga: Duduk Perkara Usulan Penambahan Masa Jabatan Presiden Jadi 3 Periode
"Kita mengadakan reformasi salah satunya adalah menghindari supaya masa kerja presiden seolah-olah panjang, lama," kata dia.
Oleh karena itu, kesepakatan selama 10 tahun saat reformasi itu dinilainya harus dipegang teguh hingga saat ini.
Apabila penambahan masa jabatan menjadi tiga periode itu dilakukan, menurut Emil, Indonesia akan kembali ke masa sebelum reformasi.
"Hasil reformasi sepakat 10 tahun (masa jabatan Presiden), ya sudah pegang itu. Kalau mau ke tiga (periode) itu kembali ke masa pra reformasi. Jadi mengingkari semangat reformasi," kata dia.