Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Munas Partai Golkar, dari Saling Klaim Dukungan hingga Kabar Intervensi Istana

Kompas.com - 03/12/2019, 10:47 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Bayu Galih

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Musyawarah Nasional (Munas) dalam rangka pemilihan ketua umum Partai Golkar pada 3-6 Desember 2019 diprediksi akan berlangsung sengit.

Sejak pendaftaran bakal calon ketua umum (caketum) Partai Golkar dibuka, ada sembilan orang kader yang mendaftar. 

Mereka adalah Achmad Annama, Agun Gunandjar, Ali Yahya, Ridwan Hisjam, Indra Bambang Utoyo, Derek Loupatty, Aris Mandji, Bambang Soesatyo dan Airlangga Hartarto.

Adapun, dua kader yang diprediksi menguasai mayoritas pendukung adalah Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto dan Wakorbid Pratama Partai Golkar Bambang Soesatyo.

Baik kubu Airlangga dan kubu Bamsoet saling klaim dukungan dari DPD I dan II.

Bahkan, kubu Airlangga disebut-sebut didukung oleh Presiden Joko Widodo dan tiga menteri di Kabinet Indonesia Maju.

Baca juga: Munas Golkar Dibuka Hari Ini, Berikut Rincian Agendanya

Saling klaim dukungan

Kubu Airlangga, selaku calon petahana di Munas Partai Golkar mengklaim mendapat dukungan mencapai 514 suara dari 559 pemilik hak suara pada Munas.

Sekretaris Jenderal Partai Golkar Lodewijk F Paulus mengatakan, dukungan itu berasal dari pertemuan Airlangga di empat daerah yaitu Karawang, Jawa Barat; Padang, Sumatera Barat; Yogyakarta, dan Bali.

Pertemuan tersebut melibatkan 514 pemilik hak suara yang berasal dari ketua DPD provinsi, kota, dan kabupaten.

"Dari perjalanan itu bisa disimpulkan terkumpul 514 dari 559 hak suara," ujar Lodewijk di Solitaire Hotel, Tangerang, Senin (2/12/2019) malam.

Baca juga: Jelang Munas Golkar, Kubu Airlangga Hartarto Klaim Didukung 514 dari 559 Pemilik Suara

Tak hanya itu, pada pertemuan di Solitaire Hotel, Tangerang, Senin (2/12/2019) malam. Airlangga juga mendapat dukungan dari senior-senior Partai Golkar. Tokoh senior itu mulai dari Aburizal Bakrie, Akbar Tandjung, Agung Laksono dan Luhut Binsar Panjaitan.

Sementara itu, Senin (18/11/2019) sebelum memutuskan maju sebagai bakal Caketum Partai Golkar, kubu Bambang Soesatyo mengklaim mengantongi dukungan dari DPD I dan DPD II.

Bambang mengatakan, ia mengantongi 367 suara dari kader-kader di daerah.

"Soal maju tidak maju ya tunggu saja. Dukungan DPD, Alhamdulillah, sudah lebih dari 367 yang memiliki suara di daerah. Ya kita lihat nanti perkembangan selanjutnya," kata Bambang di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (18/11/2019).

Baca juga: Bamsoet: Jika Golkar Pecah Lagi, Artinya Memberi Masalah pada Pemerintah

Ilustrasi Istana Presiden: Bendera setengah tiang berkibar di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (30/9/2015). Indra Akuntono Ilustrasi Istana Presiden: Bendera setengah tiang berkibar di Istana Kepresidenan Jakarta, Rabu (30/9/2015).
Kabar intervensi Istana

Saling klaim antara dua kubu juga melebar ke Istana Kepresidenan. Sebab, tiga menteri di Kabinet Indonesia Maju Jokowi-Ma'ruf disebut-sebut ikut campur dalam pemilihan ketua umum Partai Golkar.

Fungsionaris DPP Partai Golkar Syamsul Rizal mengatakan, ketiga menteri tersebut menekan pengurus DPD I, DPD II, dan kepala daerah.

"Jadi ada pembantu (menteri) Presiden, saya enggak mau sebut nama, tapi ada tiga pembantu Presiden yang telepon DPD I, DPD II, dan kepala-kepala daerah untuk pilih Airlangga," ujar Rizal usai Rapat Pleno di Kantor DPP Golkar, Rabu (27/11/2019).

Rizal menyebut, dari tiga menteri tersebut, salah satunya adalah Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno, yang turut andil mengintervensi kader daerah.

Menurut Rizal, para menteri tersebut berpihak pada Airlangga. Ia pun mempertanyakan kapasitas ketiga menteri tersebut dalam persiapan Munas Golkar.

Baca juga: Airlangga Hartarto Bantah Istana Ikut Campur dalam Munas Golkar

Adapun Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Pratikno membantah tudingan tersebut. Ia mengaku tidak pernah tahu perihal mekanisme pemilihan ketua umum Partai Golkar.

"Apa urusanku? Kacau kamu. Memangnya aku pernah (jadi) orang parpol? Yang milih (ketua umum) siapa? Makanya yang milih siapa di Golkar? DPD kan," ujar Pratikno di Kantor Kemenko-Polhukam, Jl Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Jumat (29/11/2019).

Baca juga: Disebut Intervensi Pemilihan Ketum Golkar, Pratikno: Apa Urusanku?

Sementara itu, Presiden Joko Widodo memastikan, dia tidak terlibat dalam persaingan pemilihan ketua umum Partai Golkar.

Ia juga mengaku tidak menugasi menterinya untuk ikut campur soal persaingan menuju kursi Golkar 1 ini. 

"Munas itu urusan internal Golkar dan sebagai partai besar tidak mungkin bisa diintervensi menteri dan pihak eksternal," kata Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/12/2019).

Baca juga: Jokowi: Golkar Partai Besar, Tak Mungkin Bisa Diintervensi Menteri

Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto resmi mendaftarkan diri sebagai kandidat Ketua Umum Golkar periode 2019-2024, Senin (2/12/2019).Dok. Partai Golkar Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto resmi mendaftarkan diri sebagai kandidat Ketua Umum Golkar periode 2019-2024, Senin (2/12/2019).
Mekanisme pemilihan

Adapun, dinamika pemilihan ketua umum di Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar akan bergantung pada mekanisme pemilihan.

Ketua Penyelenggara Musyawarah Nasional (Munas) Partai Golkar Melchias Mekeng mengatakan, mekanisme untuk memperoleh dukungan bagi calon ketua umum baru akan ditentukan oleh seluruh peserta pada saat Munas berlangsung.

Mekeng menjelaskan, ada dua opsi yang nantinya akan dipilih seluruh peserta Munas, yakni melalui pemilihan suara secara langsung atau voting dan penyampaian dukungan secara tertulis.

"Nanti peserta munas yang akan menetapkan mekanisme pemilihan. Jadi, bahwa masih ada yang melihat itu harus pakai surat, ada yang langsung. Ya itulah yang namanya dinamika di dalam parpol," ujar Mekeng di DPP Partai Golkar, Slipi, Jakarta Barat, Jumat (29/11/2019).

Baca juga: Ketua Panitia: Mekanisme Pencalonan Akan Ditentukan Saat Munas Golkar

Berdasarkan AD/ART Partai Golkar, pemilihan ketua umum terdiri dari tiga tahap, yaitu penjaringan, pencalonan dan pemilihan.

Dalam tahap pencalonan, para bakal calon ketua umum harus mendapatkan dukungan sebanyak 30 persen dari pemegang suara.

Jika ada bakal caketum yang memenuhi 30 persen dari pemilik suara, maka dia berhak untuk menjadi calon ketua umum dan mengikuti tahap pemilihan.

Namun, tidak diatur secara rinci mengenai tata cara pencalonan tersebut.

"Di AD/ART ada (syarat) 30 persen harus mendapat dukungan. Ada juga pasalnya di ART, pasal 50, itu disampaikan secara langsung," kata Mekeng.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Tanggal 31 Maret Memperingati Hari Apa?

Nasional
Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Bawaslu Akui Tak Proses Laporan Pelanggaran Jokowi Bagikan Bansos dan Umpatan Prabowo

Nasional
Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami 'Fine-fine' saja, tapi...

Soal Usulan 4 Menteri Dihadirkan di Sidang MK, Kubu Prabowo-Gibran: Kami "Fine-fine" saja, tapi...

Nasional
e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

e-Katalog Disempurnakan LKPP, Menpan-RB Sebut Belanja Produk Dalam Negeri Jadi Indikator RB

Nasional
Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Menteri PDI-P dan Nasdem Tak Hadiri Buka Puasa Bersama Jokowi, Menkominfo: Lagi Ada Tugas di Daerah

Nasional
MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

MK Buka Kans 4 Menteri Jokowi Dihadirkan dalam Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Kubu Ganjar-Mahfud Minta MK Hadirkan Sri Mulyani dan Risma di Sidang Sengketa Pilpres

Nasional
4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

4 Jenderal Bagikan Takjil di Jalan, Polri: Wujud Mendekatkan Diri ke Masyarakat

Nasional
Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Berkelakar, Gus Miftah: Saya Curiga Bahlil Jadi Menteri Bukan karena Prestasi, tetapi Lucu

Nasional
Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Dua Menteri PDI-P Tak Hadiri Bukber Bareng Jokowi, Azwar Anas Sebut Tak Terkait Politik

Nasional
Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Tak Cuma Demokrat, Airlangga Ungkap Banyak Kader Golkar Siap Tempati Posisi Menteri

Nasional
Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Menko Polhukam Pastikan Pengamanan Rangkaian Perayaan Paskah di Indonesia

Nasional
Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Enam Menteri Jokowi, Ketua DPR, Ketua MPR, dan Kapolri Belum Lapor LHKPN

Nasional
Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Soal Pengembalian Uang Rp 40 Juta ke KPK, Nasdem: Nanti Kami Cek

Nasional
Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Kubu Anies-Muhaimin Minta 4 Menteri Dihadirkan Dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com