KOMPAS.com – Sejak 2001 lalu, Dompet Dhuafa telah memiliki program Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) yang membantu kaum dhuafa berobat tanpa biaya alias gratis.
Nur Rohim (46), seorang supir ambulans yang menjadi saksi berkembangnya LKC bercerita tentang pekerjaannya mendampingi pasien sejak layanan ini berdiri.
Melalui keterangan tertulisnya, Minggu (1/12/2019), ia mengatakan, hampir 16 tahun ia menjadi super ambulans dan tidak pernah merasa bosan untuk malayani pasien. Menurutnya, profesinya ini adalah pekerjaan yang sangat mulia.
Baginya, tiap bertemu pasien baru yang berikhtiar mencari pengobatan adalah semangat baru. Mendapati pasien yang dia antar sembuh sudah membuatnya bahagia.
“Pernah dulu ngantar pasien tumor mata, nyaris setiap hari saya yang bawa untuk periksa. Kankernya sudah parah, sampai-sampai saya tidak kenal mukanya,” tutur Rohim.
Suatu ketika, pasien tersebut datang ke LKC menemuinya dan berterima kasih. Rohim pun bingung tak mengenalnya.
Baca juga: Cerita Petani Subang yang Ikuti Program Indonesia Berdaya Dompet Dhuafa
“Ternyata itu pasien yang dulu sering saya antar dan sudah sembuh. Saya senang sekali tentunya,” cerita bapak tiga anak ini.
Mengingat-ingat awal mula perjalananannya, Rohim mengatakan, kala itu dia masih menjadi office boy (OB) dan berusia 28 tahun. Bahkan layanan kesehatan dari pemerintah seperti BPJS juga belum ada.
“Waktu itu saya hanyalah seorang OB. Tugas saya membersihkan ruangan di LKC, baik ruang dokter, perawat, apotek dan lain sebagaianya,” ungkapnya.
Barulah pada 2004 ketika trafik pelayanan LCC naik, setidaknya 200-an orang tiap hari, membuatnya diangkat menjadi supir ambulans.
Baca juga: YMGPI Hibahkan Alat Pendeteksi Dini Kanker untuk Dompet Dhuafa
Rohim menceritakan, waktu itu LKC menjadi salah satu lembaga kesehatan yang menggratiskan pelayanannya kepada pasien dhuafa. Itu sebabnya dia berpindah tugas.
Kini, terhitung sudah ribuan pasien yang dia antarkan dengan ambulansnya.
“Awal dulu saya antar pasien dari ciputat ke RSCM. Orangnya senang sekali diantar, karena tidak perlu bayar,” terangnya, menceritakan pengalaman pertama mengantar pasien.
Bekerja dengan kurun waktu yang begitu lama, Rohim memiliki banyak cerita menarik. Salah satunya adalah perjalanannya mengantarkan pasien hamil di keramaian Kota Jakarta.
“Pernah waktu itu ketika ngantar pasien mau melahirkan ke RS. Fatmawati. Ketika mau sampai, jalannya sangat macet, padahal mau melahirkan,”ujarnya.