JAKARTA, KOMPAS.com — KongresVI Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) menjadi momentum bagi Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian untuk berkelakar terkait Provinsi DKI Jakarta.
Menurut dia, ibu kota Indonesia ini terlihat seperti sebuah kampung bila dibandingkan dengan Shanghai, yang menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan perdagangan penting di China.
"Pak Anies, saya yakin Pak Anies sering ke China. Kalau kita lihat Jakarta kayak kampung dibanding dengan Shanghai," kata Tito di Hotel Borobudur, Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Selasa (27/11/2019)
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan turut hadir pada acara yang juga dihadiri oleh para pimpinan daerah tersebut.
Baca juga: Ini Kata Anies soal Tito yang Sindir Jakarta kayak Kampung Dibandingkan Shanghai
Awalnya, Tito membahas tentang sistem demokrasi yang tidak berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi.
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa menjadi contoh negara yang dipilih Tito untuk menggambarkan kondisi perekonomian yang cenderung stagnan.
"Jadi, terjadi semacam kegalauan atas demokrasi yang tidak menggunakan sistem tersebut, ekonominya melompat (lebih maju). Vietnam, misalnya, sosialis, kondisi ekonominya melompat," kata Tito.
Kemudian, ia mencontohkan Thailand yang dipimpin junta militer dan ekonominya berjalan baik.
Baca juga: Mendagri Ingatkan Pemerintah Daerah Susun APBD yang Sentuh Masyarakat
Demikian halnya Mesir yang tadinya menerapkan demokrasi kemudian berantakan dan akhirnya diambil alih oleh militer.
Hingga akhirnya ia menyinggung China yang justru mengalami pertumbuhan ekonomi pesat meski tidak menganut demokrasi.
"Di China hanya satu partai. Non-demokrasi, itu melompat ekonominya," kata Tito,
Dalam kurun waktu 20 tahun, China mampu melampaui AS. Sejurus dengan kondisi perekonomian yang baik, tata kelola lingkungan juga semakin baik.
"Tahun 1998 saya masih ingat, saya kebetulan (menempuh pendidikan) Sesko di Australia saat itu dan sedang studi banding ke China. Saat itu kota Beijing dan kota Shanghai masih banyak yang naik sepeda," ucapnya.
"(Saat itu) dibandingkan dengan Jakarta, Beijing (dan Shanghai) kayak kampung. Rumah-rumah kumuh, sungai kotor dan hitam banyak di mana-mana. Sepeda masih di jalan-jalan," kata Tito.
Baca juga: Ada Perang Dagang, Kenapa China Tak Relokasi Industri ke RI?
Dua tahun kemudian, saat ia kembali lagi ke sana, sepeda motor mulai banyak digunakan masyarakat China.