Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saut Situmorang: Jika Benar, Hitung Dagang Bisa Terjadi...

Kompas.com - 25/11/2019, 19:48 WIB
Ardito Ramadhan,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Saut Situmorang turut mengomentari isu adanya permintaan uang Rp 500 miliar dari partai politik kepada calon menteri sebagaimana yang ditudingkan Ketua PPP versi muktamar Jakarta Humphrey Djemat.

Saut berpendapat, apabila tudingan itu benar terjadi, maka akan berpengaruh pada kinerja para menteri. Mereka akan fokus bagaimana mengembalikan uang ratusan miliar yang telah disetorkannya tersebut.

"Bisa dibayangkan apabila itu benar, tentu hitung dagang bisa terjadi, kepentingan melebar di luar visi presidennya dan seterusnya," kata Saut kepada wartawan, Senin (25/11/2019).

Baca juga: Seskab: Hitungan Jatah Menteri Sudah Disampaikan Jokowi ke Partai Sebelum Pilpres

Tudingan seperti itu, lanjut Saut, mesti membuat publik semakin ketat dalam mengawasi kinerja para pembantu presiden itu.

"Kewajiban kita bersama untuk mengawal rombongan kabinet kali ini, sekecil dan sebesar apapun kompetensi kita masing-masing agar negeri ini cepat sejahtera dan memiliki daya saing karena sesungguhnya korupsi melemahkan daya saing dan menunda kesejahteraan," ujar Saut.

Kendati demikian, Saut sendiri tidak mau menduga-duga lebih jauh terkait benar atau tidaknya tudingan tersebut.

Ia hanya menegaskan, proses pemilihan menteri semestinya melalui proses yang mengedepankan integritas.

Baca juga: Buka Pendaftaran Pilkada 2020, Nasdem Klaim Tak Pakai Mahar

"Melalui proses-proses rekrutmen, kaderisasi, menuju jenjang karir, proses kode etik atau code of conduct yang prudent sehingga framing yang tidak perlu, tidak muncul," kata Saut.

Sebelumnya diberitakan, Humphrey mengungkapkan, ada calon menteri yang dimintai uang Rp 500 miliar oleh sebuah partai politik. Permintaan tersebut agar parpol itu mau menyokongnya sebagai menteri.

Humphrey Djemat menyebutkan, calon menteri itu profesional dari kalangan non-parpol.

"Saya sudah mendengar dari calon menteri yang sebenernya itu pilihan dari Jokowi. Dia mau di-endorse partai politik tersebut, dia tidak harus kasih uang untuk itu. Tapi harus ada komitmen selama dia menjadi menteri, dia harus bisa mengontribusi Rp 500 miliar," ucap Humphrey Djemat di kawasan Matraman, Jakarta Timur, Minggu (24/11/2019), seperti dikutip Tribunnews.com

Baca juga: Evaluasi Pilkada Langsung, Perludem Minta Fokus Masalah Mahar Politik

Humphrey Djemat menolak mengungkapkan sosok calon menteri tersebut.

Dia hanya mengungkapkan permintaan parpol tersebut akhirnya ditolak oleh calon menteri itu karena tidak memiliki uang.

Tudingan Humphrey pun telah dibantah olek Sekretaris Kabinet Pramono Anung. Pramono menilai, tudingan Humphrey tidak masuk akal.

"Enggak mungkin. Untuk apa kasih uang Rp 500 miliar hanya sekadar jadi menteri? Kan ini secara logika juga tidak masuk akal," kata Pramono di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (25/11/2019).

Baca juga: Sebulan Resmi Menjabat Menteri BUMN, Ini 5 Gebrakan Erick Thohir

"Menteri gajinya enggak sampai Rp 100 juta. Bagaimana bisa uang dengan sejumlah itu dikeluarkan?" ujar dia.

Pramono pun menegaskan, rekrutmen calon menteri dilakukan secara teliti dan hati-hati oleh Presiden Jokowi. Setiap calon yang diusulkan partai juga belum tentu diterima.

"Bahkan beberapa nama-nama yang cukup baik dan kredibel, dan juga nama besar, Presiden ada yang tidak setuju. Sehingga dengan demikian isu itu pasti isu yang pasti tidak akan bisa dibuktikan," kata dia.

 

Kompas TV Dua siswa SD korban penculikan diliburkan oleh pihak sekolah. Keduanya di liburkan dengan pertimbangan kondisi psikologis kedua korban yang masih belum stabil. Kedua siswa diliburkan sejak Sabtu (23/11/2019) lalu oleh pihak sekolah untuk beristirahat. Salah satu korban juga masih menjelani pemdampingan dari polisi untuk mencari informasi terkait toko-toko mana saja yang singgahi pelaku untuk mendapatkan beras pasca menculik kedua korban. Sementara itu keamanan sekolah kini ditingkatkan dengan membatasi penjemput siswa serta pembatasan waktu buka tutup pagar sekolah. Dua anak yang masih berusia 9 tahun diculik saat dalam perjalanan pulang dari sekolahnya. Keduanya dibawa dengan menggunakan sepeda motor dari Jalan Cenderawasih, Makassar dan dibawa ke sebuah toko bahan campuran di Jalan Buakana, Kecamatan Rappocini. Keduanya digadaikan dengan 2 karung beras seberat 25 kilogram. Pelaku mengaku kedua korban adalah adiknya dan menitipkan korban di toko sebagai jaminan untuk membayar beras. Namun pelaku tak kunjung kembali ke toko. Pemilik toko pun baru tersadar bahwa kedua anak ini adalah korban penculikan. #AnakSDDiculik #KarungBeras #Gadai
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Kubu Prabowo Siapkan Satgas untuk Cegah Pendukung Gelar Aksi Saat MK Baca Putusan Sengketa Pilpres

Nasional
TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

TKN Prabowo-Gibran Akan Gelar Nobar Sederhana untuk Pantau Putusan MK

Nasional
Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Jelang Putusan Sengketa Pilpres: MK Bantah Bocoran Putusan, Dapat Karangan Bunga

Nasional
Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Skenario Putusan Mahkamah Konstitusi dalam Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Kejagung Terus Telusuri Aset Mewah Harvey Moeis, Jet Pribadi Kini dalam Bidikan

Nasional
Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Yusril Tegaskan Pencalonan Gibran Sah dan Optimistis dengan Putusan MK

Nasional
Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com