JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua DPR Puan Maharani menceritakan pengalamannya saat menjadi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) di kabinet Presiden Joko Widodo butuh tenaga ekstra.
Hal itu diceritakan Puan saat ditanya Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Rosan P Roeslani soal kenangannya ketika jadi menteri Jokowi di periode sebelumnya.
"Kalau menteri, apalagi Menko itu, ikut kegiatan Presiden bisa dari bangun pagi sampai mau masuk kamar tidur lagi," kata Puan dalam Kadin Talks di Menara Kadin, Jakarta, Kamis (21/11/2019).
Puan mengatakan, Jokowi kerapkali blusukan ke daerah-daerah yang sulit diakses. Ia mengaku suka minta izin ke Jokowi untuk ikut meski terkadang menteri lain yang sebenarnya diajak Jokowi untuk berangkat.
Baca juga: Cerita Puan Maharani soal Trik Raih Suara Terbanyak Saat Pemilu 2019
Sebab, Puan juga ingin menggali lebih jauh masalah-masalah yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya selaku Menko PMK.
"Saya bilang, 'boleh ikut mendampingi Bapak, enggak?'. Beliau bilang, 'Loh, ngapain, Mbak, tempatnya susah'. Saya bilang. 'kalau enggak ikut, enggak mungkin saya sampai di situ.' Jadi saya mau ikut. Beliau bilang, 'Oh ya silakan'," kata Puan.
Misalnya, kata Puan, perjalanannya mengikuti Jokowi meninjau pembangunan Trans Kalimantan.
Menurut dia, medan perjalanan saat meninjau Trans Kalimantan terbilang sulit dan memakan waktu cukup panjang.
"Ini bukan kayak Jakarta-Bandung yang lancar banget, itu off road. Dan kami naik mobil yang kayak travel Jakarta-Bandung, dan itu ramai-ramai sama menteri lain," ucap Puan.
"Jadi kalau jalanannya turun, kita turun, kalau belok kiri kita ke kiri semua, sambil teriak. Itu perjalanan panjang, badan sudah kayak mau rontok," kata dia.
Baca juga: Jokowi Minta Pimpinan Bank Blusukan ke Pelosok
Puan pun sempat bertanya ke Jokowi, mengapa harus menggunakan akses darat ketimbang udara dengan memakai helikopter yang lebih mudah.
Namun, kata Puan, Jokowi enggan meninjau dari udara.
Sebab, Jokowi ingin memeriksa secara langsung kualitas dan perkembangan pembangunan Trans Kalimantan.
"Kalau jalanan bagus ya terus. Kalau rusak dia berhenti, foto-foto, video, itu untuk membuktikan bahwa cuma segini kilometer yang bagus dan segini kilometer masih jelek yang harus diperbaiki," ucap Puan.
"Jadi sebagai bukti. Beliau bilang enggak bisa naik helikopter, harus rasain, aspalnya bagus enggak, bukan aspal asal-asalan, dan sebagainya," kata putri Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri ini.
Di sisi lain saat ikut Jokowi, Puan juga harus meninjau sesuai tupoksinya selaku Menko PMK, seperti meninjau pasar, sekolah, puskesmas hingga mengurus penyaluran dana bantuan sosial.
"Itu satu pengalaman yang terus terang aja kalau ada yang jadi menteri enggak mau ikut ke tempat paling susah menurut saya sia-sia," kata dia.
Baca juga: Ahok Calon Bos BUMN, Puan Maharani: Mundur dari PDI-P Itu Hak Beliau
Saat menjadi menteri Jokowi, Puan dan koleganya sesama menteri saat itu juga sungkan jika ingin mengajukan cuti. Sebab, Jokowi sendiri dinilainya tak pernah libur.
"Liburnya beliau kerja. Kecuali kita urgent ada kawinan, ya cutilah, sakit, anak wisuda, kita cuti. Kalau bilang, 'Pak saya mau cuti libur itu enggak ada yang berani ngomong begitu'," tutur Puan.
Aktivitas pun juga cenderung padat meski jelang libur bersama, khususnya pada momen Lebaran dan Natal.
Tak jarang, kata Puan, Jokowi masih melakukan kunjungan daerah dan meminta sejumlah menteri mendampinginya.
"Lebaran pun kita juga deg-degan. Karena H+2 dia ke daerah sebelum ke Solo. Atau di hari H-nya dia misal Lebaran di mana gitu, ya. Itu semua menteri deg-degan siapa ya, siapa ya (yang diajak). Bayangin hari-H saja masih bisa disuruh pergi," kata dia.
Menurut Puan, jelang momen libur bersama seperti itu, Jokowi biasanya mengajak menteri yang anak-anaknya sekolah di luar negeri atau sudah berkeluarga.
"Jadi Pak Basuki (Menteri PUPR) tuh, itu sering kena 'korban'. Kita bilangnya 'korban'. Tapi beliau (Basuki) bilang 'Ya sudahlah, Mbak, anak saya kan juga pagi sudah ketemu, ada yang sekolah di luar juga'," tutur Puan sambil tertawa.
Hal semacam itu, kata Puan, juga bisa terjadi jelang libur Natal. Pada 23 Desember pun, Jokowi masih menggelar rapat terbatas hingga malam.
Hal ini membuat menteri Jokowi yang merayakan Natal dan ingin berkumpul dengan keluarga terkadang "gelisah".
"Sampai saya ditanyain sama yang lain, Mbak Puan ini selesai jam berapa kira-kira. Ya saya bilang enggak tahu. Tapi tentu tanggal merah bisa libur. Tanggal 31 Desember pun juga masih ratas juga, tanggal 2 (Januari) kita masuk. Jadi seperti itu," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.