JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei Litbang Kompas menunjukan, 95 persen peserta rekrutmen anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) Tahun Anggaran 2019 tidak pernah dihubungi oleh "penembak di atas kuda".
Dengan tingginya jumlah responden yang menyatakan tidak pernah dihubungi "penembak di atas kuda", menandakan bahwa rekrutmen anggota Polri mulai mengalami kemajuan.
Adapun istilah "penembak di atas kuda" merujuk pada peran oknum dalam menawarkan bantuan terhadap peserta rekrutmen dengan iming-iming dapat memperlancar proses seleksi.
Peneliti Litbang Kompas Bernardus Satrio menyampaikan, survei tersebut dilakukan terhadap enam polda dan satu akpol di Semarang.
Enam Polda itu meliputi Sumatera Utara, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Papua.
Survei ini melibatkan 310 peserta atau responden yang terdiri dari tamtama 30 orang, bintara 248 orang, dan akpol 32 orang.
Baca juga: Hati-hati, Rekrutmen Palsu Mengatasnamakan Garuda Indonesia
Ia mengatakan, jumlah diambil dari proporsi pendaftar masing-masing polda dan didistribusikan proporsional berdasarkan presentasi tiga jalur penerimaan.
Hasilnya, 95 persen tidak pernah dihubungi oleh "penembak di atas kuda", sedangkan 2 persen menyatakan lupa, dan 3 persen pernah dihubungi.
Tiga persen itu terdiri dari, 8 dari 280 responden. Mereka yakni 4 calon siswa (casis) Sumatera Utara, 2 casis NTB, dan 2 casis Papua.
"Tiga casis menyebut yang menghubungi pihak kepolisian, di antaranya 1 Sumut, 1 NTB, dan 1 Papua. Sementara itu, lima casis lainnya tidak tahu siapa penghubungnya," ujar Satrio saat memaparkan hasil survei dalam Focus Grup Discussion (FGD) di Jakarta, Selasa (19/11/2019)
Ia juga menyampaikan, terkait kepuasaan tahap yang dilalui, mayoritas responden merasa puas dengan rata-rata kepuasaan semakin meningkat seiring tahap yang dilalui.
Dari 11 tahap yang dijalani, paling rendah ada pada tahap sosialisasi sebanyak 5,32 persen.
Sementara itu, rating tertinggi ada pada tahap pemeriksaan psikologi II sebesar 5,75 persen.
Selain itu, mayoritas peserta tidak percaya terhadap bantuan orang dalam. Namun demikian, sebagian kecil masih ada yang mempercayakan hal tersebut.
Rinciannya, ketidakpercayaan bantuan orang dalam 79 persen dan ketidakpercayaan hasil dapat diubah oleh orang lain 73 persen.
Baca juga: Rekrutmen CPNS Jateng Berpotensi Lonjakan Pendaftar, BKD Jateng Ingatkan Segera Daftar
Kemudian, ketidakpercayaan memberikan imbalan ke orang lain dapat memperlancar proses penerimaan 82 persen.
Namun demikian, dalam jajak pendapat melalui metode telepon, publik masih meragukan proses penerimaan anggota Polri bebas dari suap.
Adapun jumlah sampel penelitian ini sebanyak 525 responden dengan cakupan nasional yang dilakukan pada 7 hingga 8 Agustus 2019. Margin of error penelitian ini kurang lebih 4,3 persen.
"69,7 persen tidak yakin, 22,1 persen yakin, dan 8,2 persen tidak tahu atau tidak menjawab," ucap Satrio.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.