Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akar Persoalan "Mati Satu Tumbuh Seribu" Pelaku Terorisme

Kompas.com - 17/11/2019, 17:38 WIB
Dani Prabowo,
Krisiandi

Tim Redaksi

Sayangnya, upaya menutup situs-situs tersebut tak semudah membalikkan telapak tangan.

"Itu kita laporkan ke Kemenkominfo sejak 2014. Namun, ternyata ada peraturannya (di Kemenkominfo) tentang tindakan (pemblokiran), yakni diundang dulu, diberitahukan dulu adminnya. Kalau tak ada perubahan baru ada teguran," kata Deputi Deradikalisasi BNPT Irfan Idris usai mengisi sebuah diskusi di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Sabtu (16/11/2019).

Baca juga: BNPT Sebut Pemblokiran Situs Radikal Terhambat Aturan Kemenkominfo

Teguran pun tidak dilakukan satu kali. Menurut Irfan, setelah ditegur beberapa kali tetapi tidak ada perubahan, barulah Kemenkominfo dapat melakukan pemblokiran.

Namun, pemblokiran belum berarti ditutup. Proses yang panjang itulah yang pada akhirnya membuat upaya menghalau penyebaran situs-situs radikal sulit terwujud.

Bak peribahasa mati satu tumbuh seribu, demikian pula kondisi yang terjadi pada penyebaran paham radikalisme melalui situs-situs radikal.

"Harus diketahui, kalau ditutup satu, jangankan situs teror, situs pornografi saja ditutup satu tumbuh seribu," tutur Irfan

Sementara itu, menurut Ketua Satgas Nusantara yang juga Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Gatot Eddy Pramono, penyebaran paham radikal dianggap lebih efisien dilakukan dengan cara modern seperti saat ini.

"Kalau dulu orang mengajarkan paham radikal itu melalui cara pertemuan atau diskusi, sekarang menggunakan medsos," kata dalam sebuah diskusi di kawasan Sudirman, Jumat (15/11/2019).

Pemerintah pun menghadapi dilema besar dalam mengatasi penyebaran paham radikal di dunia maya. Sebab, tak hanya hal negatif yang berseliweran di dalamnya, tetapi juga banyak hal positif yang dapat menangkal paham radikal.

Baca juga: Ini Tiga Sebab Menguatnya Sikap Intoleransi di Indonesia Versi Polri

Ketiga, rasa sakit hati atas setiap upaya penangkapan dan pengungkapan aksi teror yang dilakukan aparat kepolisian.

Dalam hal ini, aparat keamanan yang berwenang menangkap pelaku teror, perlu mengubah cara penyampaian informasi kepada masyarakat. Selama ini, ada paradigma yang mengesankan polisi terkesan arogan setiap kali berhasil mengungkap aksi teror.

Misalnya, aparat kepolisian menggunakan diksi 'Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri berhasil menembak terduga teroris'. Pernyataan tersebut tanpa disadari dapat membangkitkan rasa tidak terima sejumlah kalangan di bawah alam sadarnya.

"Baru terduga sudah ditembak mati, ada orang yang tidak terima dengan ini, kita tidak tahu akibatnya ada yang dendam, keluarganya, atau siapa," kata mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) Laksamana Muda TNI (Purnawirawan) Soleman B Ponto di Jakarta, Sabtu (16/11/2019), seperti dikutip Antara.

Perlu adanya perbaikan diksi yang dapat membuat masyarakat terpicu untuk melakukan aksi balasan. Selain itu, aparat kepolisian juga tidak perlu terkesan ingin tampil semua ketika berhasil mengungkap kasus teroris.

Cukup satu orang yang tampil ke publik untuk menjadi sumber informasi atas setiap perkembangan kasus yang ditangani. Dengan demikian, kekuatan dan kebesaran Polri akan semakin terlihat.

Baca juga: Mantan Kepala Bais Sarankan Polri Ubah Pola Penyampaian Info soal Terorisme

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Siap Terima Putusan MK, Anies: Seperti Sepak Bola, Kemungkinan Menang atau Tidak

Siap Terima Putusan MK, Anies: Seperti Sepak Bola, Kemungkinan Menang atau Tidak

Nasional
GASPOL! Hari Ini: Bela Gibran, Yusril Incar Jabatan?

GASPOL! Hari Ini: Bela Gibran, Yusril Incar Jabatan?

Nasional
Jokowi dan Ma'ruf Amin jadi Saksi Nikah Putri Bamsoet

Jokowi dan Ma'ruf Amin jadi Saksi Nikah Putri Bamsoet

Nasional
Muhaimin Sebut Kader PKB Mulai Pendekatan ke Sejumlah Tokoh untuk Pilkada 2024

Muhaimin Sebut Kader PKB Mulai Pendekatan ke Sejumlah Tokoh untuk Pilkada 2024

Nasional
Soal Pilkada Sumut, Muhaimin Bilang Belum Ada yang Mendaftar ke PKB

Soal Pilkada Sumut, Muhaimin Bilang Belum Ada yang Mendaftar ke PKB

Nasional
PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

PKB Belum Tentukan Kandidat untuk Pilkada DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur

Nasional
Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Dirut Jasa Raharja Hadiri Penutupan Posko Angkutan Mudik Lebaran Terpadu oleh Menhub 

Nasional
Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Sambangi Kediaman Muhaimin Menjelang Putusan MK, Anies: Ini Tradisi Lebaran...

Nasional
Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Muhaimin Belum Punya Rencana Bertemu Prabowo Setelah Putusan MK

Nasional
Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Muhaimin Bilang Anies Belum Punya Niat Kembali Berkontestasi di Pilkada 2024

Nasional
PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

PKB Buka Pendaftaran untuk Pilkada 2024, Selain Kader Juga Bisa Daftar

Nasional
Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Menjelang Putusan Sengketa Pilpres di MK, Kubu Ganjar-Mahfud Harap Tak Berakhir Antiklimaks

Nasional
Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Optimistis MK Diskualifikasi Gibran, Kubu Anies: Tak Ada Alasan untuk Tidak Pemungutan Suara Ulang

Nasional
MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

MK Diperkirakan Tak Akan Diskualifikasi Prabowo-Gibran

Nasional
Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Jadwal Terbaru Pelaksanaan UTBK-SNBT 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com