Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rektor UIN: Ada Konflik, Bukan Berarti Toleransi Indonesia Rendah

Kompas.com - 16/11/2019, 19:19 WIB
Ardito Ramadhan,
Fabian Januarius Kuwado

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Amany Lubis menyatakan, tingkat toleransi di Indonesia terbilang lebih baik dibandingkan negara-negara lain.

"Saya kira dibandingkan negara lain, tentu Indonesia ini kita bersyukur bahwa toleransi kita sudah mengakar dalam budaya, sudah mengakar dalam hati nurani kita," kata Amany di sela-sela peringatan Hari Toleransi Internasional yang digelar Kedutaan Besar Oman di Jakarta, Sabtu (16/11/2019).

Amany mengungkapkan, Indonesia dipandang oleh publik internasional sebagai salah satu negara yang mempunyai nilai toleransi, perdamaian, dan kebersamaan.

Baca juga: 16 November Hari Toleransi Internasional, Bagaimana Sejarahnya?

Tidak sedikit pula negara luar yang menjadikan Indonesia sebagai kiblat negara dalam mewujudkan toleransi di negara mereka sendiri.

"Kita sebagai bangsa Indonesia harus merasa bahwa toleransi dan perdamaian di dalam Indonesia harus kita rawat supaya ini tecermin pada kehidupan dunia," ujar Amany.

Amany yang juga merupakan Ketua Majelis Ulama Indonesia Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga ini melanjutkan, konflik antarkelompok yang beberapa kali terjadi bukan berarti tingkat toleransi di Indonesia menurun.

Baca juga: Maulid Nabi Muhammad dan Toleransi

"Yang menjadikan konflik atau konflik etnik atau agama itu ada latar belakangnya, jadi kita tidak boleh menggeneralisir ternyata di Indonesia tingkat toleransi melemah. Kita lihat dulu apa sebabnya dari konflik-konflik yang ada," kata Amany.

Amany pun mengajak setiap bagian dari masyarakat untuk mengedepankan dialog guna mengatasi konflik-konflik antarkelompok.

"Bukan saat ada konflik baru yang kita bahas tentang bagaimana meningkatkan kebersamaan dan juga kohesitas kita sebagai masyarakat yang beragam, tapi saat damai dan aman pun kita harus berbicara bagaimana merawat kebersamaan kita dan perdamaian," kata Amany.

Baca juga: Menlu Retno: Saatnya Wanita Bekerja Bersama Membawa Panji Toleransi

Peringatan Hari Toleransi Internasional ini sendiri dilakukan satu tahun sekali setiap tanggal 16 November 2019 dan dideklarasikan pertama kali oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).

Melansir laman United Nations, Hari Toleransi Internasional diperingati untuk meningkatkan kesadaran tentang prinsip-prinsip toleransi

Selain itu, untuk menghormati budaya, kepercayaan-kepercayaan, tradisi-tradisi, dan memahami risiko-risiko yang disebabkan oleh intoleransi. 

 

Kompas TV Meski sudah tak menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti tetap tak bisa jauh dari laut. Susi Pudjiastuti mengatakan kegiatannya saat ini akan berkaitan dengan ekosistem laut dengan kegiatan Pandu Laut Nusantara yang digelar setiap tahun. Susi Pudjiastuti mengatakan bahwa saat ini dirinya bisa berkumpul dengan keluarga dan cucunya. Susi pun fokus pada kampanye larangan penggunaan plastik sekali pakai dan kampanye mengurangi pemakaian sedotan. Hal ini agar laut bersih dari sampah plastik. #susipudjiastuti #mantanmenterijokowi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

TNI Kirim 900 Payung Udara untuk Salurkan Bantuan ke Warga Palestina

Nasional
Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Terseretnya Nama Jokowi di Pusaran Sengketa Pilpres 2024 di MK...

Nasional
Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Serangan Balik KPU dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK...

Nasional
Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Soal Flu Singapura, Menkes: Ada Varian Baru Tapi Tidak Mematikan Seperti Flu Burung

Nasional
Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Kasus yang Jerat Suami Sandra Dewi Timbulkan Kerugian Rp 271 Triliun, Bagaimana Hitungannya?

Nasional
Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Menkes Minta Warga Tak Panik DBD Meningkat, Kapasitas RS Masih Cukup

Nasional
Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Kursi Demokrat di DPR Turun, AHY: Situasi di Pemilu 2024 Tidak Mudah

Nasional
Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Serba-serbi Pembelaan Kubu Prabowo-Gibran dalam Sidang Sengketa Pilpres di MK

Nasional
Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Kecerdasan Buatan Jadi Teman dan Musuh bagi Industri Media

Nasional
Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Saat Sengketa Pilpres di MK Jadi Panggung bagi Anak Yusril, Otto, Maqdir, dan Henry Yoso...

Nasional
Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Pemerintah Kembali Banding di WTO, Jokowi: Saya Yakin Kita Mungkin Kalah Lagi, tapi...

Nasional
Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Menteri ESDM Pastikan Divestasi Saham PT Freeport Akan Sepaket dengan Perpanjangan Kontrak Hingga 2061

Nasional
Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Kata Bahlil Usai Terseret dalam Sidang MK Imbas Dampingi Gibran Kampanye di Papua

Nasional
[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

[POPULER NASIONAL] Gugatan Anies dan Ganjar Tak Mustahil Dikabulkan | Harvey Moeis Tersangka Korupsi

Nasional
Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Jaksa KPK Diduga Peras Saksi Rp 3 Miliar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com