Sebagai contoh ia memberi ilustrasi bagaimana seorang guru bisa dikatakan rajin:
"Guru yang rajin bukanlah guru yang datang tepat waktu. Guru yang rajin adalah guru yang datang di awal waktu dan senantiasa menanti murid-muridnya di sekolah, bukan murid yang menantinya." (Baca selengkapnya)
3. Mengapa Sulit Sekali Menjadi Dokter Spesialis?
Menjadi dokter spesialis mungkin merupakan impian yang lumrah bagi kebanyakan dokter umum, bahkan untuk para mahasiswa kedokteran di Indonesia.
Padahal, masih banyak tingkat atau jabatan struktural lainnya yang masih ada di seputar dunia kedokteran ini, seperti peneliti, dosen, dokter layanan primer, dan lain sebagainya.
Akan tetapi, menurut Kompasianer Agaprita Sirait, alasan orang-orang menjadi dokter spesialis yaitu alasan ekonomi.
"Seorang dokter spesialis pada umumnya meraup gaji lebih besar dibandingkan dokter umum," tulisnya.
Akan tetapi apakah hanya alasannya sebegitu pragmatis karena gaji? Tidak adakah alasan lainnya? (Baca selengkapnya)
4. Kisruh Data dan Lemahnya Literasi Statistik
Melihat data statistik itu seperti pisau bermata dua: pada satu sisi akan ada yang tersenyum akan hasilnya, sedangkan pada sisi lain tidak jarang akan kecut dibuatnya.
Yang terburuk, bahkan, bila seorang pemimpin awam membaca statistik bisa-bisa ia memecat bawahannya ketika mendapati laporan statistik yang buruk.
Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa arif atau bijak membaca laporan statistik?
Bahwasanya ilmu statistik itu hanya sebuah alat untuk mendekati kebenaran. Pasti memiliki angka error atau galat.
"Yang perlu diawasi adalah tentang metode statistik yang digunakan dan bisnis proses menghasilkan data itu benar-benar sesuai dengan standar yang telah diakui dunia internasional," tulis Kompasianer Muhammad Aliem.
Hal tersebut, lanjutnya, sehingga bisa dijadikan bahan perbandingan secara universal. (Baca selengkapnya)