Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pancasila Relevan Jadi Pijakan Selesaikan Konflik Kekinian

Kompas.com - 16/11/2019, 08:13 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Icha Rastika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Yudi Latief menilai bahwa Pancasila masih relevan menjadi pijakan dalam menyelesaikan permasalahan sosial saat ini. 

 

"Sebenarnya Pancasila sudah memberi bekal bagaimana menyelesaikan konflik-konflik sosial di dalam konteks masyarakat Indonesia kekinian. (Sebab), kalau kita lihat dalam Pancasila itu perihal demokrasi dan pemerintahan kan ada di sila keempat," ujar Yudi dalam seminar di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (15/11/2019).

Sila keempat itu, kata dia, langsung diapit oleh sila ketiga perihal persatuan Indonesia dan sila kelima yang menekankan keadilan sosial bagi masyarakat.

Baca juga: Menko PMK: Perguruan Tinggi Boleh Kritis dan Bebas Asal Tak Lewati Batas Ideologi Pancasila

Penempatan sila-sila yang spesifik ini, menurut Yudi menjadi komposisi yang tepat sebagai pedoman bangsa Indonesia mengatasi persoalan intoleransi.

"Ini jenius sekali (penempatan sila-sila itu). Jadi dalam menghadapi intoleransi, hendaknya menjadikan konektivitas antar-keberagaman itu harus diperluas. Jaringan-jaringan keragaman itu harus diperluas (mengacu sila ketiga Pancasila)," kata Yudi.

Dia lantas memberikan contoh sekaligus mengkritik sikap masyarakat yang masih memberikan stereotip tertentu kepada masyarakat daerah.

"Misalnya bagi warga Papua yang mungkin 99 persen orang seumur hidup tinggal di Papua. Begitu keluar Tanah Papua, misal jadi mahasiswa di Yogyakarta, dia hanya hidup di asrama Papua," ujar Yudi.

Menurut dia, kondisi semacam itu bukan salah dari rekan-rekan asal Papua. Dia justru menyoroti sikap masyarakat sekitar yang masih memberikan stigma tertentu kepada mahasiswa asal Papua.

Dia menyarankan masyarakat sebaiknya merangkul dan memperluas ruang perjumpaan dengan rekan-rekan dari daerah.

"Sehingga stigma-stigma yang ada (soal masyarakat daerah) itu bisa lebur. Sebab, berbagai penelitian menunjukkan, rata-rata orang yang radikal itu berada di lingkungan pergaulan tertutup. Begitu dia diperkenalkan kepada yang berbeda, mengalami intoleransi," kata Yudi.

Baca juga: Cegah Intoleransi, BPIP Minta Materi Keberagaman Diajarkan di Sekolah

"Maka yang pertama kita perlu perkuat adalah jaringan persatuan," ucap dia lagi.

Namun, Yudi mengingatkan bahwa persatuan bangsa yang kuat tidak cukup.

Langkah kedua yang juga penting menurut Yudi yakni menciptakan keadilan sosial seperti sila kelima Pancasila. 

"Sebab kita juga perlu perbaiki keadilan sosial. Sekuat apa pun persatuan nasional kita, kalau keadilan sosial belum merata dan kesenjangan sosial masih ada maka intoleransi akan menguat," ucap dia. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Tak Ada Tim Transisi pada Pergantian Pemerintahan dari Jokowi ke Prabowo

Nasional
Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Tok! Kasasi KPK Kabul, Eltinus Omaleng Dihukum 2 Tahun Penjara

Nasional
Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Penetapan Prabowo di KPU: Mesra dengan Anies hingga Malu-malu Titiek Jadi Ibu Negara

Nasional
Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Gibran Bertemu Ma'ruf Amin, Saat Wapres Termuda Sowan ke yang Paling Tua

Nasional
Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Anies Dinilai Masih Berpeluang Maju Pilkada Jakarta, Mungkin Diusung Nasdem dan PKB

Nasional
Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Petuah Jokowi-Ma'ruf ke Prabowo-Gibran, Minta Langsung Kerja Usai Dilantik

Nasional
Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Kejagung Periksa 3 Saksi Terkait Kasus Korupsi Timah, Salah Satunya Pihak ESDM

Nasional
Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Tak Dukung Anies Maju Pilkada Jakarta, PKS Dinilai Ogah Jadi “Ban Serep” Lagi

Nasional
2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

2 Prajurit Tersambar Petir di Mabes TNI, 1 Meninggal Dunia

Nasional
Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Usung Perubahan Saat Pilpres, PKB-Nasdem-PKS Kini Beri Sinyal Bakal Gabung Koalisi Prabowo

Nasional
[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

[POPULER NASIONAL] Anies-Muhaimin Hadir Penetapan Presiden-Wapres Terpilih Prabowo-Gibran | Mooryati Soedibjo Tutup Usia

Nasional
Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Sejarah Hari Posyandu Nasional 29 April

Nasional
Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 27 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Wakil Ketua KPK Dinilai Punya Motif Buruk Laporkan Anggota Dewas

Nasional
Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Jokowi Ungkap Kematian akibat Stroke, Jantung dan Kanker di RI Capai Ratusan Ribu Kasus Per Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com