Masyarakat kelas bawah ini bisa digolongkan sebagai masyarakat yang kurang beruntung dalam mendapat pendidikan, dalam ekonomi, dan lain sebagainya.
"Dalam demokrasi, masyarakat yang low class ini cenderung ingin melakukan suatu perubahan yang cepat, kritis, tetapi tidak rasional," ungkap Gatot.
Baca juga: Ketum PSI Sebut Ancaman Terbesar Indonesia adalah Intoleransi
Dengan demikian, demokrasi Indonesia yang didominasi masyarakat kelas bawah itu kemudian dianggap sebagai kondisi yang sebebas-bebasnya.
Terlebih lagi, kondisi Indonesia amat majemuk dari sisi agama, suku bangsa, etnis, budaya, dan sebagainya.
Lambat laun, perbedaan ini terus dicari celahnya sehingga muncul nilai primordialisme.
"Di sinilah muncul tindakan-tindakan intoleransi terhadap sesama," lanjut Gatot.
Baca juga: Ini Wacana Bupati Bantul Cegah Kasus Intoleransi Kembali Terulang di Wilayahnya
Penyebab ketiga, perkembangan media sosial (medsos) yang sangat cepat.
Melalui perkembangan medsos ini, paham intoleran banyak disebarluaskan.
"Kalau dulu orang mengajarkan paham radikal itu melalui cara pertemuan atau cara diskusi. Sekarang menggunakan medsos," katanya.
"Bagaimana orang itu bisa intoleran? Belajar dari medsos. Bagaimana seseorang bisa jadi teroris? Belajar dari medsos."
Menurut Gatot, perkembangan medsis menjadi tantangan bersama semua pihak memerangi intoleransi. Sebab, selain sisi negatif, medsos juga mempunyai sisi positif yang bisa dimanfaatkan.
"Yang negatif inilah yang perlu kita antisipasi, khususnya bagaimana kita membangun toleransi, baik lewat edukasi maupun langkah lain, " tambah Gatot.
Baca juga: Sikap Intoleransi akan Gerus Nilai Kebangsaan
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.